Jumat 19 Aug 2022 06:18 WIB

Rusia: Senjata Nuklir Hanya Digunakan dalam Keadaan Darurat

Rusia tegaskan tak perlu senjata nuklir dalam menjalankan operasi militer di Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Pemerintah Rusia kembali menegaskan bahwa mereka hanya akan menggunakan senjata nuklirnya dalam keadaan darurat.
Foto: AP/Russian Foreign Ministry Press S
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Pemerintah Rusia kembali menegaskan bahwa mereka hanya akan menggunakan senjata nuklirnya dalam keadaan darurat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia kembali menegaskan bahwa mereka hanya akan menggunakan senjata nuklirnya dalam keadaan darurat. Moskow pun menekankan, mereka tidak tertarik terlibat dalam konfrontasi langsung dengan Amerika Serikat (AS) dan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

“Doktrin militer Rusia mengizinkan respons nuklir hanya sebagai respons terhadap ancaman senjata pemusnah massal atau ketika keberadaan negara terancam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Ivan Nechaev dalam pengarahan pers, Kamis (18/8/2022).

Baca Juga

Dengan demikian, kata Nechaev menambahkan, Rusia tidak akan menggunakan senjata nuklir jika tak menghadapi ancaman serangan senjata pemusnah massal. “Penggunaan senjata nuklir hanya dimungkinkan sebagai bagian dari respons terhadap serangan untuk membela diri dan hanya dalam keadaan darurat,” ujarnya.

Pada Selasa (16/8/2022) lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan, negaranya tidak memerlukan pengerahan senjata nuklir dalam menjalankan operasi militer di Ukraina. Dia menegaskan, spekulasi atau rumor yang menyebut Moskow akan menggunakan senjata semacam itu di Ukraina merupakan kebohongan mutlak.

Konflik Rusia-Ukraina sudah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Hingga kini, kedua negara masih belum menunjukkan tanda-tanda akan terlibat dalam negosiasi damai atau gencatan senjata.

Bulan lalu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, tak logis bagi negaranya untuk mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina dalam situasi seperti sekarang. Menurut dia, Kiev belum menunjukkan iktikad untuk melakukan pembicaraan. “Tidak masuk akal dalam situasi saat ini,” kata Lavrov saat ditanya jurnalis dari media pemerintah Rusia tentang pembicaraan damai dengan Ukraina pada 20 Juli lalu.

Lavrov mengungkapkan, kontak antara Rusia dan Ukraina sebagian besar telah terhenti sejak pertengahan April lalu. Menurut dia, sedari putaran pertama pembicaraan dengan Ukraina, Kiev tidak memiliki keinginan untuk membahas apa pun secara sungguh-sungguh. “Mereka tidak akan pernah bisa mengartikulasikan apa pun yang pantas mendapat perhatian serius dari orang-orang yang serius. Kami sudah mengetahuinya,” ujar Lavrov.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement