Hingga saat ini, pemerintah mencatat ada satu orang laki-laki di Jakarta terkonfirmasi mengidap penyakit cacar monyet. Pria berusia 27 tahun itu diketahui pernah melakukan perjalanan dari Eropa.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Dwi Octavia menjelaskan tiga orang yang melakukan kontak erat itu dalam kondisi baik dan tidak ada keluhan kesehatan. Andakan muncul gangguan kesehatan, di antaranya ruam pada kulit, maka pihaknya melakukan pemeriksaan berupa tes usap pada tenggorokan atau tes usap pada kulit yang ruam.
"Kalau misalnya ada keluhan kesehatan, itu baru pengambilan spesimen, bisa swab tenggorok, kalau ada ruam di kulit bisa dilakukan oles atau swab pada daerah kulit yang ada gejalanya," kata Dwi.
Sementara itu, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyarankan agar pasien pertama yang terkonfimasi cacar monyet melakukan isolasi di tempat isolasi terpusat (isoter). Hal ini guna mengantisipasi adanya ksus konfimasi lainnya dalam satu bulan pertama.
"Karena cenderung enggak aman, ya ini namanya kasus pertama. Namanya kasus pertama itu perlu ada pembelajaran dulu, melatih dulu, termasuk kita memberi edukasi atau literasi pada publik nanti atau pada kelompok berisiko ini nanti gimana, kalau ada kasus tambahan seperti apa," jelas Dicky dalam keterangannya, Kamis (25/8/2022).
Dicky juga mendorong pemerintah melakukan penanganan serta pengendalian terbaik pada kasus pertama ini agar dapat mengetahui penanganan dan pengendaliannya seperti apa ke depannya. Hal tersebut dilakukan agar cacar monyet tidak menjadi penyakit endemi di Indonesia.
"Karena kalau sudah masuk populasi, ya saya enggak bisa berkata apa-apa lagi. Ya sulit nanti terjadi endemi di Indonesia, ya yang rugi kita sendiri," ucap dia.