REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari industri secara keseluruhan. IKM pun sangat berkaitan dengan partisipasi kaum perempuan.
Hal itu dapat mendorong pengembangan industri di daerah dengan memanfaatkan sumber daya setempat dan potensi kelompok perempuan di daerah tersebut. Partisipasi perempuan pun diharapkan dapat membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi para perempuan, meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan keluarga, serta terbentuknya Wirausaha Baru (WUB) perempuan yang diperuntukan bagi pasar lokal, domestik, maupun ekspor.
"Bila kita mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), dari total pengusaha sebanyak 4,4 juta IKM, sebesar 47,32 persen atau sebanyak 2,08 juta merupakan pengusaha IKM perempuan. Dari sisi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja perempuan di sektor IKM berjumlah 4,65 juta orang atau 48,24 persen dari total jumlah tenaga kerja IKM," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin Reni Yanita dalam pembukaan Pameran Produk Unggulan Ipemi (Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia) di Gedung Kemenperin, Jakarta, Rabu (31/8).
Hal itu, kata dia, menjadi gambaran kalau perempuan memiliki kesempatan sama dengan laki-laki dalam berkontribusi pada sektor industri khususnya pada skala IKM. Ia melanjutkan, saat ini pelaku usaha dihadapkan dengan berbagai tantangan pasar maupun tantangan dalam mengelola bisnis.
"Ini tentunya menuntut para pelaku usaha, termasuk para pelaku IKM untuk dapat beradaptasi dengan kondisi pasar yang terus berubah. Pelaku IKM harus bersama-sama berinovasi dan terus melakukan adaptasi model bisnis yang dijalankan," tuturnya.
Kejelian dalam membaca kebutuhan konsumen, kata dia, menjadi hal yang sangat penting sehingga para pelaku IKM dapat mengembangkan inovasi yang tidak terbatas pada produk namun juga pada berbagai aspek lain seperti strategi pemasaran, manajemen, distribusi, pengemasan dan aspek bisnis lainnya. Selama pandemi kita juga sudah melihat banyak sekali contoh adaptasi strategi bisnis yang dilakukan oleh pelaku usaha industri besar maupun yang masih berskala kecil dan menengah.
Menurutnya, berbagai contoh strategi adaptasi tersebut dapat dijadikan acuan pola pikir kita dalam menjalankan bisnis. Pemanfaatan marketplace sebagai sarana berjualan dapat menjadi salah satu opsi yang bisa dimaksimalkan agar para pelaku usaha mampu menjangkau cakupan pasar lebih luas.
Ia menegaskan, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka terus berupaya mengembangkan industri nasional khususnya yang masih berskala IKM melalui program peningkatan kompetensi SDM, pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin/ peralatan serta promosi dan pameran diberikan kepada pelaku IKM untuk meningkatkan daya saing dan kapasitasnya. Sementara untuk meningkatkan akses pasar Kementerian Perindustrian juga memiliki program e-Smart IKM.
"Kami juga mendorong agar para IKM dapat memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan seperti KUR dan lembaga pembiayaan perbankan/ non perbankan lainnya untuk memperkuat struktur modalnya. Kami juga mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung keberlangsungan usaha Industri Kecil dan Menengah dengan membeli produk mereka yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia," jelas dia.
Gerakan itu menurutnya, selain akan berdampak langsung kepada IKM, juga akan memberikan dampak yang besar kepada sektor pendukungnya seperti perajin/pegawai, penyedia bahan baku, logistik dan sektor terkait lainnya. "Kami berharap dengan pelaksanaan berbagai program yang tepat dan kolaborasi dengan seluruh pihak termasuk Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia, akan memberikan manfaat yang besar bagi penguatan daya saing IKM," kata dia.
Ketua Umum Ipemi Ingrid Kansil menambahkan, hari ini pertama kalinya Ipemi menggelar pameran di Kemenperin setelah pandemi. "Insya Allah ini semangat baru kita anggota Ipemi bisa bangkit kembali yang selama ini dapat banyak kendala karena pandemi telah melanda dunia termasuk Indonesia," ujarnya pada kesempatan serupa.
Ipemi, kata dia, berupaya membangun pemikiran khususnya Muslimah di Indonesia agar mau membuat usaha. Dengan begitu dapat membuka lapangan pekerjaan serta mengurangi pengangguran.
Ia menjelaskan, Ipemi berdiri sejak 21 April 2015. Saat ini anggotanya sudah tersebar di ratusan kota serta 800 kecamatan. "Kita masih susun database kita rapikan, dan itu tidak mudah banyak kendala di antaranya akses," jelas dia.