Rabu 14 Sep 2022 13:15 WIB

Israel-Lebanon Hampir Tuntaskan Persengketaan Batas Maritim

Negosiasi Israel=Lebanon sudah berlangsung sekitar dua tahun.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pengunjuk rasa Lebanon di atas perahu motor membawa bendera nasional mereka saat mereka berlayar di depan kapal Angkatan Laut Israel selama demonstrasi menuntut hak Lebanon atas ladang minyak dan gas maritimnya, di kota perbatasan laut selatan Naqoura, Lebanon, Minggu, 4 September, 2022. Protes itu terjadi beberapa hari sebelum utusan AS yang menengahi dijadwalkan mendarat di Beirut untuk melanjutkan pembicaraan perbatasan laut.
Foto:

Menurut dia, serangan Hizbullah ke aset gas Israel dapat memicu beberapa hari pertempuran dan kampanye militer. “Kami kuat dan siap untuk skenario ini, tetapi kami tidak menginginkannya,” ujar Gantz.

Pada 2 Juli lalu, Israel mengatakan, mereka telah menembak jatuh tiga pesawat nirawak yang diluncurkan Hizbullah ke arah Karish. Kemudian 9 Agustus lalu, Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyatakan bahwa “tangan yang meraih kekayaan ini akan terputus”. Pernyataan itu dianggap merupakan pesan atau peringatan tersirat terhadap Israel.

Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat. Pada 2020, Israel dan Lebanon melanjutkan negosiasi terkait sengketa perbatasan maritim. Pembicaraan sempat terhenti, tapi dihidupkan kembali pada Juni tahun itu.

 

Diskusi awal berfokus pada area yang disengketakan seluas 860 kilometer persegi (332 mil persegi), sesuai dengan klaim Lebanon yang terdaftar di PBB pada tahun 2011. Beirut kemudian meminta daerah itu diperluas lagi seluas 1.430 kilometer persegi, yang mencakup bagian dari ladang gas Karish. Menurut Israel, Karish berada dalam zona ekonomi eksklusifnya yang diakui oleh PBB. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement