Senin 26 Sep 2022 10:56 WIB

Presiden Korsel Bantah Memaki Parlemen AS

Presiden Korsel mengatakan laporan soal memaki parlemen AS akan merusak hubungan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol (kanan) berbicara dengan Presiden AS Joe Biden (kiri). Presiden Korsel membantah memaki parlemen AS
Foto: EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol (kanan) berbicara dengan Presiden AS Joe Biden (kiri). Presiden Korsel membantah memaki parlemen AS

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan pada Senin (26/9/2022), laporan media atas pernyataannya yang melecehkan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu adalah tidak benar. Laporan tersebut, menurutnya, akan merusak hubungan dengan Washington.

"Nah, daripada kontroversi, saya akan mengatakan ini: kecuali satu atau dua atau tiga negara adidaya di dunia, tidak ada negara yang dapat sepenuhnya melindungi kehidupan dan keselamatan rakyatnya dengan kemampuannya sendiri," kata Yoon kepada wartawan ketika ditanya tentang insiden pengeras suara.

"Saya ingin mengatakan bahwa merusak aliansi dengan laporan yang berbeda dari fakta menempatkan orang pada risiko besar," ujarnya menyerukan upaya untuk membangun fakta.

Yoon terdengar memaki ketika mikrofon masih menyala saat meninggalkan sebuah acara di New York pada 21 September. Ketika itu dia baru saja melakukan pembicaraan singkat dengan Presiden AS Joe Biden.

Anggota parlemen oposisi menuduh Yoon menghina Biden dan mempermalukan Korea Selatan. Media lokal awalnya melaporkan Yoon terdengar mengatakan Biden akan malu jika Kongres AS tidak meloloskan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pendanaan inisiatif global.

"Sungguh memalukan ... jika para bajingan ini menolak untuk menyetujuinya di parlemen," kata Yoon kepada Menteri Luar Negeri Park Jin dalam sebuah video yang ditayangkan oleh lembaga penyiaran Korea Selatan yang menjadi viral di media sosial.

Juru bicara Yoon Kim Eun-hye menolak tuduhan itu. Dia mengatakan, Yoon merujuk ke parlemen Korea Selatan tanpa menyebut Biden. Oposisi utama Partai Demokrat telah mendesak Yoon untuk meminta maaf atas kontroversi tersebut dan memecat penasihat keamanan nasionalnya, wakilnya, dan menteri luar negeri.

Pemimpin oposisi mengatakan, akan mengusulkan resolusi untuk pemecatan mereka ke parlemen jika Yoon tidak mengambil tindakan pada Senin. Kantor Yoon belum memberikan komentar atas desakan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement