Ahad 02 Oct 2022 03:16 WIB

Amnesty International: Iran Respons Unjuk Rasa Nasional dengan Kejam

83 orang dilaporkan tewas sejak demonstrasi pecah dua pekan lalu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Demonstran memegang plakat di luar Kedutaan Besar Iran di London, Minggu, 25 September 2022. Mereka memprotes kematian Mahsa Amini Iran, seorang wanita berusia 22 tahun yang meninggal di Iran saat dalam tahanan polisi, yang ditangkap oleh Iran polisi moral karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diberlakukan secara ketat.
Foto: AP/Alastair Grant
Demonstran memegang plakat di luar Kedutaan Besar Iran di London, Minggu, 25 September 2022. Mereka memprotes kematian Mahsa Amini Iran, seorang wanita berusia 22 tahun yang meninggal di Iran saat dalam tahanan polisi, yang ditangkap oleh Iran polisi moral karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diberlakukan secara ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International mengatakan, Iran telah menindak aksi unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini dengan kejam. Sejauh ini, setidaknya 83 orang dilaporkan tewas sejak demonstrasi pecah dua pekan lalu.

“Pihak berwenang Iran telah memobilisasi mesin represi mereka yang diasah dengan baik untuk menindak protes nasional dengan kejam dalam upaya untuk menggagalkan tantangan apa pun terhadap kekuasaan mereka,” kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan, Jumat (30/9/2022), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Amnesty International mengungkapkan, sejauh ini mereka sudah mengonfirmasi 52 kematian selama unjuk rasa di Iran berlangsung. Namun jumlah korban jiwa sesungguhnya diperkirakan jauh lebih banyak.

Amnesty Internasional mendorong komunitas internasional mengambil tindakan terhadap Iran. “Tanpa tindakan kolektif bersama oleh komunitas internasional yang melampaui pernyataan kecaman, lebih banyak orang yang berisiko terbunuh, cacat, disiksa, diserang secara seksual, dan dijebloskan ke balik jeruji,” katanya.

Saat ini Iran tengah menghadapi gejolak akibat tewasnya Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun. Sebelum meninggal, dia diduga dianiaya polisi moral Iran. Amini ditangkap pada 13 September lalu karena hijab yang dipakainya dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.

Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement