REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus mendorong digitalisasi di berbagai sektor, sekaligus memanfaatkan momentum bonus demografi yang dimiliki Indonesia. Melalui berbagai kebijakan, pemerintah mendukung generasi muda agar terus berinovasi dan memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah disediakan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, digitalisasi tumbuh pesat pada masa pandemi Covid-19, salah satunya di sektor kesehatan di mana pengguna telemedicine tumbuh 10 kali lipat. Indonesia juga memiliki aplikasi PeduliLindungi yang di-install oleh lebih dari 110 juta pengguna.
Selain sektor kesehatan, sektor pendidikan dan perbankan digital juga terus berkembang pesat. “Hampir seluruh negara, termasuk Indonesia, menggunakan digitalisasi sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi dan menggunakan digitalisasi sebagai tempat untuk penciptaan lapangan pekerjaan,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Senin (3/10/2022).
Ia menjelaskan, pengembangan ekonomi digital pada 2025 pasarnya diperkirakan meningkat menjadi sekitar 135 hingga 144 miliar dolar AS. Membaca peluang tersebut, pemerintah pun terus membangun infrastruktur pendukung digitalisasi di Indonesia.
Indonesia bekerja sama dengan luar negeri untuk penerapan teknologi Low Earth Orbit Satelite yang dapat membantu Indonesia agar saling terkoneksi. “Transformasi digital terus didorong pemerintah dengan mempersiapkan infrastrukturnya antara lain fiber optik, jaringan 4G menjadi 5G, dan juga sedang disiapkan satelit yang tidak terlalu tinggi atau Low Earth Orbit Satelite (LEO). LEO Ini sudah diuji coba di Kalimantan Timur. Dengan satelit ini, kalau seluruhnya bisa terpasang, maka seluruh pulau di Indonesia terkoneksi,” jelasnya.
Selain penyiapan infrastruktur, SDM yang memiliki kemampuan di bidang digital merupakan hal yang sangat penting. Airlangga menyampaikan, pemerintah sudah meluncurkan Program Kartu Prakerja pada April 2020 ketika pandemi Covid-19 yang merupakan program semi bansos dengan unsur pendidikan secara online di dalamnya. Program government to people pertama tersebut telah diapresiasi beberapa lembaga dunia dan akan direplikasi untuk membantu negara-negara berkembang yang lain.
“Program Kartu Prakerja ini sudah dilakukan dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Ini menunjukkan readiness masyarakat Indonesia di sektor digital sudah siap,” ujar dia.
Selanjutnya, Airlangga juga menyampaikan Indonesia memiliki jumlah start up cukup banyak, bahkan terbanyak di ASEAN. Startup yang berhasil mayoritas didirikan oleh generasi muda.
“Oleh karena itu, ini momentum emas. Jangan sia-siakan momentum ini. Saya apresiasi pertemuan ini yang menjadi tempat para generasi muda untuk berkumpul, mendapatkan info, melakukan networking, mendengarkan dari narasumber berpengalaman,” tutur dia.
Airlangga berpesan kepada generasi muda terkait investasi. Mengingat banyaknya generasi muda yang memasuki pasar modal dan cryptocurrency, ia meminta agar generasi muda hendaknya tetap menyeimbangkan antara investasi yang agresif dan investasi konservatif. Hal tersebut penting karena investasi konservatif tetap memiliki faktor keamanan lebih tinggi.
“Terus semangat dan terus berinovasi. Pemerintah selalu akan mendukung generasi muda dengan pembiayaan baik dari venture capital ataupun pembiayaan dari perbankan, termasuk melalui KUR,” tuturnya.