REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi perlu diukur dari indikator yang berbeda pada masa kini. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan, perkembangan ekonomi tidak bisa hanya diukur melalui cara umum pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) saja.
"Kita harus ubah cara pengukuran perkembangan ekonomi hanya dari pertumbuhan PDB saja, kita harus mengikuti aturan yang Allah SWT, pertumbuhan ekonomi tidak dengan menghancurkan Bumi," katanya dalam Opening Ceremony The 8th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference and Call for Papers (8-IIMEFC), Rabu (5/10/2022).
Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi juga harus menjaga keberlangsungannya di masa depan. Perkembangan yang memikirkan dampak lingkungan serta kemaslahatan umat manusia harus menjadi inti dari pertumbuhan itu sendiri.
Menurutnya, pandemi Covid-19 telah membawa banyak pelajaran untuk mengubah fokus ekonomi global pada kebaikan universal. Maqashid syariah yang ditawarkan oleh ekonomi dan keuangan syariah dapat menjadi contoh untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kita tidak bisa mencapai pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan kerusakan, lihat saat ini seluruh dunia mengalami masalah stagflasi, inflasi tinggi, 20 persen sumber daya dimonopoli," katanya.
Maka dari itu, perlu ekonomi yang inklusif dan universal, berlaku untuk semua kalangan untuk menciptakan ekonomi berkelanjutan. Perry mengatakan, dunia tidak bisa hanya mengandalkan mekanisme pasar, sehingga perlu peran pemerintahan untuk distribusi progres.
Selama sekitar 2,5 tahun masa pandemi, seluruh dunia juga dipaksa untuk melakukan inovasi sebagai bentuk adaptasi. Menurutnya, digitalisasi adalah buah pelajaran, bahwa Allah mengajarkan manusia untuk inovatif dan efisien.
"Bagian tersulit adalah bagaimana kita pertahankan ini, kita menciptakan efisiensi, Bumi yang lebih hijau, inklusif, tapi tetap produktif," katanya.
Perry juga mengatakan bahwa perkembangan ekonomi berkelanjutan tentu tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu the power of we, together, jamaah untuk mencapainya demi kebaikan kemanusiaan. Ia menekankan, hal ini yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mencapai ketahanan ekonomi.
Bank Indonesia menjadikan ekonomi dan keuangan syariah sebagai salah satu sumber pertumbuhan. Seperti dengan menggandeng pesantren-pesantren di seluruh Indonesia, kementerian dan lembaga, untuk meningkatkan kapasitas ekonomi nasional.
"Ketika kita ingin meningkatkan kesejahteraan umat, maka berbagai usaha kebaikan harus dikorporatisasi, harus berjamaah," katanya.
Bank Indonesia Institute menyelenggarakan The 8th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference and Call for Papers (8-IIMEFC) dengan tema Accelerating Inclusive and Sustainable Recovery with Sharia Economy: Issues, Challenges, and Prospects, pada Rabu (5/10). Ini merupakan rangkaian dari acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang kesembilan tahun ini.