Ahad 09 Oct 2022 07:45 WIB

600 Ton Gandum Ukraina Dikirim ke Spanyol Gunakan Kereta

Pengiriman kargo via kereta jadi proyek percontohan untuk mengecek kelayakan jalur.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Kereta kargo (ilustrasi). Kereta yang mengangkut 600 ton gandum Ukraina telah tiba di Spanyol.
Foto: REUTERS/Stefan Wermuth
Kereta kargo (ilustrasi). Kereta yang mengangkut 600 ton gandum Ukraina telah tiba di Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Kereta yang mengangkut 600 ton gandum Ukraina telah tiba di Spanyol. Pengiriman tersebut merupakan proyek percontohan untuk mengeksplorasi kelayakan pengiriman menggunakan kereta api karena perang Rusia-Ukraina telah menyekat rute maritim.

Kementerian Transportasi Spanyol mengungkapkan, kereta pengangkut 600 ton gandum Ukraina itu terdiri dari 25 kontainer. Masing-masing kontainer berukuran 12 meter dan dilengkapi lapisan khusus untuk mengangkut gandum atau produk biji-bijian. Kereta tersebut tiba di Barcelona pada Kamis (6/10/2022) malam setelah berhenti di Lodz, Polandia tengah, dan Duisburg, Jerman barat.

Baca Juga

“Proyek ini memungkinkan kami untuk menganalisis kelayakan teknis dan ekonomi transportasi kereta api biji-bijian sebagai pelengkap moda maritim pada saat yang ditandai dengan perang di Ukraina,” kata Kementerian Transportasi Spanyol dalam sebuah pernyataan, Sabtu (8/10/2022).

“Inisiatif ini telah menunjukkan bahwa, dalam konteks saat ini, transportasi kereta api jarak jauh membutuhkan upaya koordinasi yang besar antara berbagai aktor yang berpartisipasi dalam proses tersebut,” kata Kementerian Transportasi Spanyol menambahkan.

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Barat tidak memenuhi janjinya untuk membantu negaranya melakukan ekspor makanan dan pupuk. Hal itu memicu keraguan pada Moskow untuk memenuhi komitmennya terkait perjanjian koridor pengiriman gandum yang sudah dicapai dengan Ukraina.

Lavrov mengungkapkan, Barat sama sekali tidak melonggarkan sanksi untuk memudahkan Rusia mengekspor produk pertaniannya ke luar negeri. “Rekan-rekan Barat kami tidak melakukan apa yang dijanjikan kepada kami oleh Sekretaris Jenderal PBB,” katanya dalam sebuah konferensi pers di Moskow, 6 September lalu.

Menurut dia, hal itu pun berlaku pada komoditas pupuk Rusia. “Mereka (Barat) tidak mengambil keputusan untuk menghapus sanksi logistik yang mencegah akses bebas gandum dan pupuk Rusia ke pasar dunia,” ucapnya.

Lavrov mengungkapkan, dia terus melakukan kontak dengan PBB. Dia menekan PBB untuk memastikan negara-negara Barat menerapkan poin-poin kesepakatan dalam perjanjian koridor gandum. Pada 22 Juli lalu, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan koridor gandum di Istanbul. Perjanjian itu diteken di bawah pengawasan PBB dan Turki. Dengan perjanjian tersebut, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu.

Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena pelabuhan-pelabuhannya direbut dan dikuasai Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement