REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara pada Jumat (14/10/2022) pagi menembakkan rudal balistik tambahan dan 170 peluru artileri ke arah laut. Mereka juga menerbangkan pesawat tempur di dekat perbatasan Korea Selatan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, rudal jarak pendek itu lepas landas dari wilayah ibu kota Korea Utara pada Jumat pukul 01.49 dini hari dan terbang menuju perairan timurnya. Ini adalah peluncuran rudal Korea Utara ke-15, sejak melanjutkan kegiatan pengujiannya pada 25 September. Sebelumnya, Korea Utara mengatakan, uji coba rudalnya baru-baru ini adalah simulasi serangan nuklir terhadap target Korea Selatan dan AS sebagai tanggapan atas latihan militer gabungan mereka.
Setelah uji coba rudal terbaru, Korea Utara menembakkan 130 peluru di lepas pantai baratnya dan 40 peluru di lepas pantai timurnya. Peluru-peluru itu jatuh di dalam zona penyangga maritim kedua Korea yang didirikan berdasarkan perjanjian antar-Korea 2018 untuk mengurangi ketegangan. Militer Korea Selatan mengatakan, uji coba Korea Utara itu melanggar perjanjian antar-Korea.
Korea Utara secara terpisah menerbangkan pesawat tempur, mungkin 10 pesawat, di dekat perbatasan Korea Selatan pada Kamis (13/10/2022) malam dan Jumat pagi. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan, negaranya memiliki kemampuan pembalasan besar-besaran yang dapat mencegah serangan Korea Utara.
"Keputusan untuk menyerang tidak dapat dibuat tanpa kesediaan untuk mengambil risiko hasil yang brutal. Strategi hukuman dan pembalasan besar-besaran, yang merupakan langkah terakhir dari strategi tiga sumbu kami, akan menjadi strategi psikologis dan pencegahan sosial (untuk Korea Utara)," ujar Yoon.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Kang Ho-pil dmengatakan, Korea Selatan mengeluarkan peringatan keras kepada Korea Utara untuk segera menghentikan uji coba senjatanya. Dia mengatakan, Korea Selatan memiliki kemampuan untuk memberikan tanggapan yang luar biasa terhadap setiap provokasi Korea Utara.
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada Jumat menjatuhkan sanksi pada 15 individu Korea Utara dan 16 organisasi yang dicurigai terlibat dalam kegiatan terlarang untuk membiayai program senjata nuklir dan rudal Korea Utara. Ini adalah sanksi sepihak pertama Seoul terhadap Korea Utara dalam lima tahun terakhir. Namun, pengamat mengatakan, langkah Korea Selatan itu adalah simbolis karena kedua Korea memiliki sedikit transaksi keuangan.
Rudal yang diluncurkan pada Jumat menempuh jarak 650-700 kilometer pada ketinggian maksimum 50 kilometer sebelum mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang. Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada, mengatakan rudal itu terbang pada lintasan yang tidak teratur. Ciri rudal ini menggambarkan senjata KN-23 yang sangat bermanuver, yang dimodelkan pada rudal Iskander Rusia.
“Apa pun tujuannya, peluncuran rudal balistik Korea Utara yang berulang benar-benar tidak diizinkan, dan kami tidak dapat mengabaikan kemajuan substansial teknologi rudalnya,” kata Hamada.
Pada Jumat pagi militer Korea Utara menuduh Korea Selatan melakukan tembakan artileri selama sekitar 10 jam di dekat perbatasan. Hal ini memaksa Pyongyang untuk mengambil tindakan militer balasan sebagai tanggapan.
Militer Korea Selatan kemudian mengonfirmasi, mereka melakukan pelatihan artileri di lokasi yang berjarak 10 kilometer dari garis demarkasi militer Korea. Korea Selatan mengatakan, pelatihan itu tidak melanggar ketentuan perjanjian 2018.
Beberapa pengamat memperkirakan Korea Utara kemungkinan akan menghentikan kegiatan uji coba rudal untuk sementara waktu. Karena sekutunya, China, akan memulai konferensi politik besar pada Ahad (16/10/2022) untuk memutuskan Presiden Xi Jinping masa jabatan lima tahun ketiga sebagai pemimpin partai.