Ahad 16 Oct 2022 20:00 WIB

Lima Sikap Beragama Untuk Buat Situasi Damai

Dunia menjadi indah ketika umat beragama terus syukur kepada Sang Khalik.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Lima Sikap Beragama Untuk Buat Situasi Damai. Foto: Sekjen MUI amirsyah Tambunan memberikan sambutan secara pada acara penyerahan donasi CSR Qurban di Masjid At-Thohir, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/7/2022). Tahun ini Huawei Indonesia dan Republika kembali mengadakan kegiatan donasi CSR Qurban secara nasional di 13 kota di Indonesia dengan total berjumlah 15 ekor sapi dan 60 ekor kambing.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Lima Sikap Beragama Untuk Buat Situasi Damai. Foto: Sekjen MUI amirsyah Tambunan memberikan sambutan secara pada acara penyerahan donasi CSR Qurban di Masjid At-Thohir, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/7/2022). Tahun ini Huawei Indonesia dan Republika kembali mengadakan kegiatan donasi CSR Qurban secara nasional di 13 kota di Indonesia dengan total berjumlah 15 ekor sapi dan 60 ekor kambing.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, menyampaikan bahwa peristiwa Bom Bali 1 dan Bom Bali 2 tidak akan terjadi lagi di belahan dunia, jika kehidupan manusia di permukaan bumi ini beragama sesuai perintah Allah SWT. Karena pada dasarnya Islam dari kata 'salm' jadi As-salmu berarti damai atau kedamaian.

Buya Amirsyah mengatakan, ada lima sikap beragama yang membuat situasi aman dan damai. Pertama, dunia aman dan damai, jika hidup sabar, karena kesabaran mampu mengendalikan amarah sehingga tidak menimbulkan kekacauan. Kedua, hidup penuh harapan untuk memperbaiki situasi dan kondisi. Terus berdoa dengan optimisme memohon agar hidup bisa memperbaiki situasi menuju yang lebih baik

Baca Juga

"Ketiga, dunia menjadi indah ketika umat beragama terus syukur kepada Sang Khalik atas nikmat yang Allah berikan sehingga dapat menghadapi tantangan hidup," kata Buya Amirsyah saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar Peringatan 20 Tahun Bom Bali yang digelar Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme (BPET) MUI, Sabtu (15/10/2022).

Ia menambahkan, keempat, hidup terasa mudah menyelesaikan berbagai problem, ujian dan cobaan ketika kehidupan manusia terus tolong menolong dalam kebajikan dan takwa. Kelima, hidup terasa tenang ketika keimanan menjadi prinsip dalam menjalankan kehidupan, sehingga mampu mengimplentasikan kasih sayang dalam kehidupan kemanusiaan yang universal.

Buya Amirsyah mengatakan, peristiwa Bom Bali harus menciptakan kesadaran kolektif tentang bahaya terorisme. Kesadaran  tersebut meniscayakan agar kehidupan manusia wajib mewujudkan sikap aman dan damai dalam berbagai dimensi kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

"Oleh sebab itu untuk mencegah agar peristiwa terorisme tidak terjadi, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan Fatwa Nomor 3 Tahun 2004 tentang Terorisme bahwa terorisme itu hukumnya haram karena merusak tatanan kehidupan manusia, sedangkan jihad hukumnya wajib karena untuk perbaikan kehidupan umat dan bangsa," jelas Buya Amirsyah.

Buya Amirsyah juga mengajak semua pihak agar melawan lupa atas kejadian pengeboman malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di Paddy’s Pub dan Sari Club di Jalan Legian, Kuta, Bali dan di dekat Konsulat Jenderal Amerika Serikat (AS) itu dalam upaya menjaga kesadaran kolektif semua pihak agar bom di berbagai belahan dunia tidak boleh terulang kembali.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement