REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini kasus Covid-19 kembali berada di level 2.000-an. Tepatnya terdapat penambahan 2.390 kasus Covid-19 baru di Rabu (19/10/2022). Jumlah tersebut naik dari sehari sebelumnya yaitu bertambah 2.164 kasus di Selasa (18/10/2022).
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi karena beberapa alasan. Salah satunya adanya sub varian baru dan kemampuan kekebalan tubuh yang menurun.
Menurut Dicky, secara umum kondisi dunia dan Indonesia dalam status Covid-19 deselerasi. Artinya trennya menurun tetapi belakangan ini ada sub varian di Eropa, Amerika Utara, Afrika yaitu sub varian omicron BQ.1.1 dan wilayah Asia maupun Australia yang merebak sub varian XBB. Dicky menjelaskan, keduanya merupakan keturunan BA.2 yang memiliki kemampuan menginfeksi lebih cepat dan cepat menginfeksi ulang.
"Artinya efikasi antibodi ini mengalami penurunan. Jadi sangat wajar kalau kita mulai melihat peningkatan kasus infeksi di dunia, termasuk Indonesia," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (19/10/2022).
Ia menambahkan, peningkatan kasus ini selain akibat kehadiran sub varian yang mudah menginfeksi, ternyata juga karena mobilitas yang tinggi, perilaku yang longgar serta abai, kemudian masih belum memadainya upaya dunia untuk mencapai status imunitas akibat vaksinasi terutama dosis penguat (booster) suntikan ketiga dan keempat. Dalam konteks Indonesia, dia menambahkan, kemampuan dalam menemukan kasus dan deteksi dini sangat menurun.
"Ini yang membuat kesan bahwa peningkatan kasus infeksi Covid-19 (di Indonesia) tidak banyak terjadi," katanya.
Padahal, ia mengingatkan kondisi ini berbahaya karena pesan komunikasi risiko kepada publik tidak tersampaikan. Akhirnya, pengambil kebijakan tidak didukung dengan kebijakan memadai. Akibatnya, ia menambahkan, kondisi ini seakan 'membiarkan' virus merajalela.
Dicky mengingatkan semakin banyak virus menginfeksi orang maka artinya Covid-19 akan terus bermutasi. Tentu ini merugikan masyarakat karena pada gilirannya menginfeksi kelompok yang masih rawan. Dicky menjelaskan ketika ada sub varian baru dan kalau abai melakukan mitigasi maka yang menjadi korban adalah kelompok paling rentan, baik anak, ibu hamil, memiliki penyakit penyerta (komorbid), hingga lanjut usia.
"Mereka yang rentan mengalami fatalitas hingga rusak organ tubuhnya meskipun kematiannya jauh menurun dibandingkan gelombang Covid-19 sebelumnya. Kelompok yang paling rawan ini sudah meninggalkan kita akibat terkena gelombang Covid-19 sebelumnya," katanya.
Meski kondisi kelompok rawan ini tidak serapuh seperti sebelumnya, ia mengingatkan kalau dibiarkan maka menempatkan kelompok ini dalam kondisi yang semakin rentan. Apalagi ini menjelang acara internasional G20 di Indonesia November 2022 mendatang dengan kedatangan banyak orang. Akibatnya, dia melanjutkan, risiko penularan selalu ada.
"Tetapi kita tidak perlu membatalkan acara ini melainkan meningkatkan mitigasi, bukan hanya di lokasi pertemuan melainkan juga di luar itu," katanya.
Ia merekomendasikan masyarakat harus mengejar vaksin Covid-19 booster suntikan ketiga dan keempat karena ini adalah yang terpenting. Selain itu, ia meminta protokol kesehatan (prokes) juga harus tetap dilakukan.