REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kelompok al-haq (Ahlu Sunnah) tidak pernah merendahkan martabat Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dari sisi mana pun.
Mereka juga tidak memberikan tuduhan yang buruk terhadapnya, serta tidak pernah menggambarkan sang pahlawan pemberani itu sebagai penakut.
Menurut ulama dan cendekiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi, mereka berpendapat, “Seandainya Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak melihat kebenaran pada Khulafa ar-Rasyidin, semenit pun ia tidak akan memberikan loyalitasnya kepada mereka. Dan tidak mungkin ia akan tunduk pada pemerintahan mereka,” kata Nursi dalam bukunya yang berjudul "Al-Lama'at" terbitan Risalah Nur Press, halaman 46. mengutip pendapat ulama klasik.
Artinya, lanjut Nursi, Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah mengetahui bahwa mereka (Khulafa ar-Rasyidin) berada pada kebenaran.
Ia juga mengakui kemuliaan mereka sehingga mau mengorbankan keberaniannya yang luar biasa karena cinta pada kebenaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ekstrem dan berlebihan dalam hal apa pun juga tidaklah baik.
Menurut Nursi, sikap istiqamah adalah sikap pertengahan yang dipilih kalangan Ahlu Sunnah.
Akan tetapi, sayang sekali, sebagaimana beberapa pemikiran kelompok Khawarij dan Wahabi dibungkus dengan lebel Ahlus Sunnah, segolongan orang yang tertarik dengan politik dan segolongan orang yang menyimpang mengkritik Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dengan berkata:
“Ia (Ali ra) tidak sukses dalam menjalankan roda kekhalifahan, sebab ia bodoh dalam masalah politik. Karena itu, ia tidak bisa memimpin umat di masanya.”
Menurut Nursi, tuduhan batil semacam itu tentu saja membangkitkan kemarahan dan ketidaksenangan kalangan Syiah terhadap kalangan Ahlu Sunnah. Padahal, prinsip dan landasan pendirian Ahlus Sunnah tidak seperti itu, bahkan sebaliknya.
Karena itu, lanjut Nursi, Ahlus Sunnah tidak bisa dirusak dengan memasukkan pemikiran-pemikiran yang bersumber dari kalangan Khawarij dan orang-orang yang menyimpang itu.
Bahkan, kalangan Ahlus Sunnah merupakan orang-orang yang lebih loyal dan lebih cinta terhadap Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dibandingkan dengan kalangan Syiah.
“Dalam setiap ceramah dan dakwahnya, mereka selalu menyebutkan pujian dan kemuliaan yang pantas dimiliki oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA Apalagi para wali dan para sufi sebagian besarnya berasal dari kalangan Ahlu Sunnah. Mereka menjadikan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA sebagai mursyid dan pemimpin mereka,” jelas Nursi.