Jumat 04 Nov 2022 05:41 WIB

Kasus Berdendang Bergoyang, APMI: Jangan Generalisir Semua Festival Musik Bermasalah

APMI meminta kasus Berdendang Bergoyang tak membuat semua festival dibatalkan

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Konferensi pers pernyataan sikap Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) di M-Bloc Jakarta, pada Kamis (3/11/2022), atas ramai pemberitaan konser yang dibatalkan, imbas ricuh festival musik Berdendang Bergoyang. APMI meminta kasus Berdendang Bergoyang tak membuat semua festival dibatalkan
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Konferensi pers pernyataan sikap Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) di M-Bloc Jakarta, pada Kamis (3/11/2022), atas ramai pemberitaan konser yang dibatalkan, imbas ricuh festival musik Berdendang Bergoyang. APMI meminta kasus Berdendang Bergoyang tak membuat semua festival dibatalkan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) angkat bicara mengenai kasus festival musik Berdendang Bergoyang yang dihentikan di hari ketiga karena rusuh. Akibat peristiwa itu, merembet ke acara konser dan festival musik lain yang terancam batal, hal tersebut dirasa tidak pas.

“Dari APMI ingin menyatakan bahwa dunia konser dan festival musik baik-baik saja. Memang ada yang harus diperbaiki, tapi jangan mengeneralisir semuanya,” ujar Sekjen APMI, Emil Mahyudin, dalam konferensi pers di M-Bloc, Jakarta Selatan, Kamis (3/11/2022).

Sebagai promotor dalam acara musik apa pun, semua risiko bisnis akan ditanggung pihak promotor. Event yang sudah dipersiapkan tiga atau empat bulan sebelumnya lalu diubah waktunya hingga dibatalkan, itu akan menyebabkan kerugian besar.

Apalagi hingga akhir 2022, ada tiga acara musik yang akan merugikan besar jika harus dibatalkan yakni Soundrenaline, Head in the Clouds, dan Djakarta Warehouse Project (DWP). Seperti Head in the Clouds yang merupakan acara berskala internasional, tetapi pengisinya sebagian besar musisi Indonesia.

“APMI berusaha memberikan berita yang seimbang, tidak dari satu sisi saja. APMI tidak diam dan terus berusaha, apa yang telah terjadi dan itu salah. APMI juga memastikan industri ini berjalan normal, karena ini memberi dampak ekonomi, memberi efek bola salju pertumbuhan ekonomi,” papar Emil.

Untuk diketahui, festival musik Berdendang Bergoyang yang digelar di Istora Senayan Jakarta, ditiadakan pada hari ketiga. Rencananya, festival musik itu akan berlangsung selama tiga hari, yakni 28 hingga 30 Oktober 2022.

Namun, membeludaknya pengunjung di hari kedua membuat pihak kepolisian memutuskan untuk meniadakan konser di hari ketiga. Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan mengatakan bahwa pihaknya menemukan adanya dugaan praktik penjualan tiket yang melampaui kapasitas gedung.

Gedung tempat berlangsung festival itu hanya berkapasitas 10 ribu orang, tapi yang ada di sana mencapai 21 ribu orang, dan itu melanggar. Termasuk juga dengan pernyataan panitia, tiket yang dicetak itu tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

Akibat kejadian itu, Emil menyebut imbasnya merembet ke berbagai sisi. Mulai dari banyaknya konser dan festival musik yang gagal mendapat perizinan, hingga regulasi SOP yang diubah, seperti salah satunya larangan acara musik outdoor dan acara musik yang sudah harus selesai di pukul 18.00 petang.

“Nanti tanggal 8 November kita meeting besar dengan Menparekraf dan Mabes Polri, mencari solusi agar industri kita yang sudah terbangun dengan indah setelah pandemi, jangan mematikan apa yang sudah mulai berjalan lagi,” ujar Ketua Umum APMI, Dino Hamid, dalam kesempatan yang sama.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement