REPUBLIKA.CO.ID,SURAKARTA -- Tahapan pertama Muktamar Aisyiyah telah dimulai dengan Sidang Pleno I Muktamar 48 di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Pertama dalam sejarah Muktamar Aisyiyah berlangsung secara hibrida, yakni secara luring dan daring.
Diikuti 1.978 peserta dari 208 lokasi di 34 provinsi, termasuk Pimpinan Cabang Istimewa delapan negara. Ketua Umum PP Aisyiyah, Dr Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, Sidang Pleno I jadi bagian tidak terpisahkan dari seluruh agenda.
Sejalan ketentuan regulasi karena telah disepakati Sidang Tanwir Muhammadiyah-Aisyiyah yang lalu. Noordjannah menjelaskan, Sidang Pleno I akan membahas materi muktamar yang meliputi Laporan Pimpinan Pusat Aisyiyah periode 2015-2022.
Lalu, program Aisyiyah periode 2022-2027, Risalah Perempuan Berkemajuan dan isu isu strategis dalam konteks keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal. Muktamar kali ini, kata Noordjannah, merupakan muktamar yang sangat monumental.
Ia mengungkapkan empat alasan di baliknya. Pertama, Muktamar Aisyiyah digelar dalam perkembangan teknologi yang sudah sangat maju. Dalam situasi pandemi, Muktamar Aisyiyah diselenggarakan secara hibrida, sidang daring dan luring.
Namun, pada 19-20 November 2022, Muktamar berlangsung secara luring. Noordjannah menyampaikan, Muhammadiyah dan Aisyiyah merupakan organisasi yang adaptif dengan perkembangan teknologi. Ia berharap, Muktamar kali ini menjadi model pertama.
"Yang bisa diikuti dan diteladani serta dapat dilanjutkan oleh pimpinan Aisyiyah di berbagai tingkatan," kata Noordjannah, Ahad (6/11/2022).
Kedua, muktamar diselenggarakan setelah pandemi Covid-19 melanda. Ia menegaskan, Muhammadiyah-Aisyiyah menaruh perhatian mendalam pada pandemi dan berikhtiar menjadi organisasi terdepan untuk mengatasi dan mengakhiri pandemi Covid.
Mundurnya muktamar hingga dua tahun, lanjut Noordjannah, menjadi bagian dari cara persyarikatan untuk menghadirkan muktamar dengan seksama, muktamar yang bisa dijadikan teladan, dan agar bersabar untuk kepentingan yang lebih luas.
Ketiga, Muktamar Aisyiyah kali ini merupakan muktamar periode kedua babak abad kedua gerakan Aisyiyah. Noordjannah melihat, muktamar kali ini jadi momen yang penting bagi pergerakan ‘Aisyiyah yang sudah hadir selama lebih dari 100 tahun.
Untuk berikhtiar sungguh-sungguh berkontribusi dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, keumatan dan kemanusiaan universal. Periode abad kedua Aisyiyah ini harus diisi dengan cita-cita besar Aisyiyah dalam pandangan Islam berkemajuan.
"Dengan semangat yang tinggi dan keikhlasan yang mendalam dalam menjalankan jihad fisabilillah," ujar Noordjannah.
Keempat, pembahasan materi jadi momentum penting. Hati dan pikiran menyatu dalam gerakan perempuan Muslim terbesar yang telah membuktikan kontribusi selesaikan persoalan kehidupan kebangsaan, keumatan dan kemanusiaan universal secara inklusif.
"Yakni tidak membedakan ras, golongan dan agama," kata Noordjannah.
Ketua Panitia Penerima Muktamar 48 dan Rektor UMS, Prof Sofyan Anif menambahkan, mereka sebagai tuan rumah Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah merasa sangat bangga. Terbukti, pelaksanaan Sidang Pleno muktamar Muhammadiyah sudah berjalan lancar.
"Insya Allah Sidang Pleno I Muktamar Aisyiyah hari ini tidak kalah lancarnya. Kelancaran ini menjadi energi baru bagi panitia untuk mensukseskan muktamar," ujar Sofyan.