Senin 07 Nov 2022 15:22 WIB

Sejarah Planetarium dan Observatorium Jakarta yang Kini Masih Direvitalisasi

Planetarium dan Observatorium Jakarta bisa mendampingi pendidikan formal.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Kondisi terkini Planetarium dan Observatorium Jakarta di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, yang masih dalam proses revitalisasi.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Kondisi terkini Planetarium dan Observatorium Jakarta di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, yang masih dalam proses revitalisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kala itu, 9 September 1964. Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno, melakukan pemancangan tiang Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ) di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, yang menjadi terobosan besar.

POJ hadir untuk mendampingi pendidikan formal. Tujuannya waktu itu adalah untuk memperkuat kemampuan berpikir rasional agar bangsa Indonesia maju dan berkembang. Utamanya, terbebas dari takhayul yang telah menghalangi orang untuk mengerahkan ilmu, teknologi, dan seni sebagai nuansa berpikir luas dalam menghadapi berbagai permasalahan.

 

Dewan kehormatan seniman/budayawan yang tergabung dalam Akademi Jakarta menyampaikan bahwa sejak berdirinya, POJ telah berperan dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan alam. Itu menjadi bagian dari membangun peradaban. 

 

Teater bintang di POJ pun menjadi daya tarik bagi pengunjung, di mana masyarakat bisa lebih dekat dengan astronomi dan ilmu antariksa. POJ juga merawat dan menjaga ruang belajar bersama, termasuk pembinaan siswa-siswa Indonesia untuk berbagai olimpiade sains.

 

Selain itu, POJ memfasilitasi pengerjaan tugas penelitian dan praktik kerja lapangan siswa dan mahasiswa, serta membina forum guru, kelompok ilmiah remaja, hingga himpunan astronomi. Aneka pengamatan fenomena astronomi mendatangkan ribuan warga ke POJ. 

 

Peran POJ lainnya yakni sebagai tempat melaksanakan peneropongan benda langit sebagai fungsi utama observatorium, termasuk penetapan hisab dan rukyat. Itu menjadi acuan sidang isbat Kementerian Agama dalam penentuan hari besar umat Islam.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement