Senin 14 Nov 2022 21:40 WIB

Jubir Ingatkan Waspada Lonjakan Kasus Covid-19 di Akhir Tahun

Di akhir tahun biasanya terjadi peningkatan mobilitas masyarakat.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro mengingatkan di akhir tahun seperti sekarang terjadi peningkatan mobilitas dan aktivitas di tengah-tengah masyarakat. Ini artinya masyarakat harus waspada lonjakan kasus Covid-19.

"Kita harus hati-hati dan waspada jangan sampai lonjakan kasus Covid-19 terjadi sangat tinggi dan muncul gelombang varian terbaru," ujar Reisa saat konferensi virtual, Senin (14/11/2022).

 

Untuk menghadapi virus ini, Reisa mengingatkan masyarakat untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dosis lengkap plus dosis penguat (booster). Sebab, vaksin ini terbukti melindungi tubuh dan mengurangi risiko perburukan kondisi hingga kematian.

 

Namun, data menyebutkan cakupan vaksinasi Covid-19 dosis penguat (booster) di Tanah Air kini baru sekitar 28 persen. Padahal, ia menyebutkan organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) mensyaratkan booster minimal 50 persen.

 

Reisa menjelaskan, seiring berjalannya waktu, antibodi akan turun. Dengan begitu, penting untuk mendapatkan booster supaya antibodi meningkat kembali dan memiliki perlindungan optimal.

 

Riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahwa dari 1.373 pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 selama kurun waktu 4 Oktober 2022 sampai 8 November 2022, ternyata 84 persen belum mendapatkan booster. Sementara dari 10.639 pesien Covid-19 dengan gejala sedang, berat hingga kritis di periode yang sama ternyata 74 persen belum mendapatkan dosis penguat. 

 

"Kalau melihat data ini, kita makin sadar pentingnya perlindungan iri dan melakukan vaksinasi Covid-19 booster yang tentunya dilengkapi dengan protokol kesehatan," ujarnya.

 

Dia menambahkan, penting untuk mendapatkan booster, khususnya populasi berisiko seperti kelompok rentan yang punya penyakit penyerta, anak-anak, ibu hamil, kekebalan tubuh terganggu, sehingga tidak bisa melawan infeksi dan penyakit (immunodeficiency) atau lanjt usia (lansia).

 

Semakin banyak masyarakat melakukan booster, dia melanjutkan, terbentuklah kekebalan kelompok (herd immunity). Herd imunity inilah yang akan saling melindungi masyarakat yang belum divaksin Covid-19 atau belum mendapatkan akses vaksinasi ikut terlindungi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement