REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Keluarga Shireen Abu Akleh menyambut baik pengumuman penyelidikan oleh Amerika Serikat (AS) atas pembunuhan Abu Akleh, seorang reporter Aljazirah berkebangsaan Palestina-Amerika. Sehari sebelumnya, sebuah laporan mengatakan bahwa AS menyatakan akan membuka penyelidikan tentang kematian Abu Akleh oleh pasukan Israel.
Dalam sebuah pernyataan Selasa (15/11/2022), keluarga Abu Akleh mengatakan keputusan AS memang diperlukan, mengingat kewarganegaraan sang jurnalis dan fakta bahwa ia dibunuh oleh militer asing. Keluarga Abu Akleh juga mengatakan mereka siap mendukung penyelidikan.
"Kami berharap penyelidikan akan benar-benar independen dan (mengikuti) bukti yang mengarah menuju akuntabilitas," kata keluarga Abu Akleh dalam sebuah pernyataan dikutip lama Aljazirah, Selasa.
Keluarga Abu Akleh telah melakukan kampanye internasional selama enam bulan sejak pembunuhan jurnalis veteran bersuai 51 tahun itu pada Mei lalu. Kampanye itu melibatkan pertemuan dengan pejabat pemerintah AS, pengaduan resmi di Pengadilan Kriminal Internasional, dan pertemuan dengan Paus Fransiskus di Vatikan.
Seorang pengacara konstitusional dan mantan pejabat departemen kehakiman AS, Bruce Fein mengatakan keputusan untuk meluncurkan penyelidikan FBI menunjukkan bahwa AS memiliki bukti yang dapat dipercaya untuk meyakini bahwa pembunuhan telah dilakukan.
Menurut Fein, AS dapat menekan Israel dengan berbagai cara untuk membuatnya bekerja sama, termasuk bantuan militer dan geopolitik regional. "Pengungkit semacam itu dapat mengubah pikiran orang Israel,” kata Fein.
Pasukan Israel menembak mati Abu Akleh di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki utara saat ia tengah meliput serangan Israel. Rekaman video, beberapa saksi dan beberapa investigasi oleh kantor berita independen menunjukkan tidak ada warga Palestina bersenjata di daerah di mana Abu Akleh dan wartawan lainnya berdiri sebelum tentara Israel mulai menembaki mereka.
Klaim awal Israel mengatakan Abu Akleh mungkin telah ditembak dalam baku tembak antara tentara Israel dan pejuang Palestina. Namun Israel akhirnya mengakui pada September bahwa salah satu tentaranya kemungkinan membunuh Abu Akleh, tetapi mengatakan bahwa tidak ada penyelidikan kriminal yang akan dilakukan.
AS awalnya menolak upaya untuk memulai penyelidikan atas pembunuhan Abu Akleh dengan alasan bahwa Israel dapat melakukan penyelidikannya sendiri. Kendati begitu, menurut laporan media Axios pada Senin (14/11/2022), Departemen Kehakiman AS telah menginformasikan ke Israel bahwa FBI sedang membuka penyelidikan atas insiden tersebut.
Rincian tentang penyelidikan memang masih belum jelas. Pemerintah Israel telah menanggapi dengan mengkritik AS dan bersikeras tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan.
“Keputusan yang diambil oleh Departemen Kehakiman AS untuk melakukan penyelidikan atas kematian tragis Shireen Abu Akleh, adalah sebuah kesalahan,” kata menteri pertahanan Israel, Benny Gantz.
Israel ditetapkan untuk pemerintahan baru setelah mantan PM Benjamin Netanyahu diberi mandat untuk membentuk pemerintahan. Hal ini terjadi setelah koalisinya memenangkan pemilihan yang diadakan pada 1 November.