Rabu 23 Nov 2022 13:49 WIB

Inggris, Prancis, Jerman, Kecam Rencana Iran Perluas Program Nuklir

Iran disebut telah melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
File foto 1 September 2014 ini, menunjukkan reaktor riset nuklir di markas besar Organisasi Energi Atom Iran. Inggris, Prancis, dan Jerman mengecam rencana Iran untuk memperluas program nuklirnya.
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
File foto 1 September 2014 ini, menunjukkan reaktor riset nuklir di markas besar Organisasi Energi Atom Iran. Inggris, Prancis, dan Jerman mengecam rencana Iran untuk memperluas program nuklirnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris, Prancis, dan Jerman mengecam rencana Iran untuk memperluas program nuklirnya. Kecaman itu disampaikan setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa Teheran telah melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen.

“Langkah Iran merupakan tantangan terhadap sistem non-proliferasi global. Langkah ini, yang membawa risiko terkait proliferasi yang signifikan, tidak memiliki pembenaran sipil yang kredibel,” kata Inggris, Prancis, dan Jerman dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (22/11/2022).

Baca Juga

Ketiga negara tersebut mengisyaratkan akan mengambil tindakan sebagai respons atas pengayaan uranium Iran. “Kami akan terus berkonsultasi, bersama mitra-mitra internasional, tentang cara terbaik untuk mengatasi eskalasi nuklir Iran yang berkelanjutan,” kata mereka.

Sebelumnya IAEA telah mengonfirmasi bahwa Iran melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen di pabrik kedua. IAEA pun menyebut, Teheran sedang merencanakan perluasan besar-besaran kapasitas pengayaannya.

Iran telah mulai memproduksi uranium yang diperkaya dengan kemurnian 60 persen di pembangkit nuklir bawah tanah Fordo. Kabar tersebut telah dikonfirmasi kantor berita pemerintah Iran, ISNA, Selasa lalu. "Iran telah mulai memproduksi uranium yang diperkaya hingga 60 persen di pabrik Fordo untuk pertama kalinya," lapor ISNA.

Fasilitas Fordo dibuka kembali pada 2019 setelah kesepakatan nuklir Iran atau dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) gagal diperbarui. Iran sebelumnya sudah melakukan pengayaan uranium dengan kemurnian hingga 60 persen di fasilitas nuklir Natanz di Iran tengah. Sementara fasilitas Fordo hanya berjarak 100 kilometer dari ibu kota Teheran. 

Pengayaan uranium hingga kemurnian 60 persen merupakan langkah teknis singkat dari tingkat senjata, yakni sebesar 90 persen. Sejumlah pakar nonproliferasi telah memperingatkan dalam beberapa bulan terakhir bahwa Iran memiliki cukup uranium yang diperkaya 60 persen untuk diproses ulang menjadi bahan bakar untuk setidaknya satu bom nuklir. Iran telah berulang kali membantah anggapan bahwa mereka memiliki ambisi untuk membuat bom atau senjata nuklir.

 

sumber : AP/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement