REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebanyak dua ledakan terjadi di dekat halte bus di Yerusalem pada Rabu (23/11/2022). Menurut polisi setempat, ledakan ini diduga serangan oleh warga Palestina dan melukai sedikitnya 11 orang.
Salah satu ledakan terjadi di dekat halte bus di pinggir kota, tempat para penumpang biasanya berkerumun menunggu bus. Sedangkan ledakan kedua meledak di Ramot, sebuah lingkungan di utara Yerusalem. Rumah sakit mengatakan, menerima sekitar selusin orang terluka, termasuk dua yang luka parah dan dua luka serius.
Polisi mengatakan ledakan kembar terjadi di tengah hiruk pikuk lalu lintas pada jam sibuk. Petugas keamanan pun menutup sebagian jalan raya utama yang mengarah ke luar kota, tempat ledakan pertama terjadi.
"Itu adalah ledakan gila. Ada kerusakan di mana-mana di sini,” kata Yosef Haim Gabay, petugas medis yang berada di lokasi saat ledakan terjadi kepada Israeli Army Radio.
“Saya melihat orang-orang dengan luka berdarah di mana-mana," ujarnya.
Sementara warga Palestina telah melakukan penusukan, penabrakan mobil, dan penembakan dalam beberapa tahun terakhir, serangan bom menjadi sangat jarang sejak berakhirnya pemberontakan Palestina hampir dua dekade lalu. Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan pernah melakukan pemboman bunuh diri terhadap orang Israel memuji para pelaku serangan itu.
Kelompok itu menyebut serangan ledakan tersebut sebagai operasi heroik, tetapi berhenti mengklaim tanggung jawab. “Pendudukan menuai harga dari kejahatan dan agresinya terhadap rakyat kami," ujarnya.
Anggota parlemen sayap kanan ekstrim Itamar Ben-Gvir mengatakan. serangan itu memberinya dorongan untuk mengambil sikap lebih keras terhadap penyerang Palestina.
Dia sebelumnya menyerukan hukuman mati bagi penyerang Palestina dan merupakan sosok yang akan menjadi menteri yang bertanggung jawab atas polisi di bawah pemerintahan baru Benjamin Netanyahu.
“Sudah waktunya mengambil garis keras melawan teroris, saatnya membuat ketertiban,” ujarnya.
Serangan nyata itu terjadi saat ketegangan Israel-Palestina tinggi, setelah berbulan-bulan serangan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat yang dipicu oleh serentetan serangan mematikan terhadap warga Israel yang menewaskan 19 orang. Ada peningkatan dalam beberapa pekan terakhir dalam serangan Palestina.
Kekerasan juga terjadi ketika Netanyahu mengadakan pembicaraan koalisi setelah pemilihan nasional. Dialog itu kemungkinan akan membentuk pemerintahan sayap kanan Israel.