REPUBLIKA.CO.ID, Robot berwarna putih itu mendadak bergerak sendiri. Sembari membawa selang, ia mendekati mobil. Tiba-tiba saja, robot tersebut bisa mendeteksi lokasi charger mobil listrik berwarna hitam.
Sajian demonstrasi bisa dilihat pengunjung di salah satu sudut pameran Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2022 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat pada medio akhir September 2022.
Ternyata robot itu bukan sembarang robot. Robot tersebut merupakan bagian integral dari charging station yang sedang menjalankan instruksi untuk mengisi daya listrik mobil. Stasiun pengisian daya listrik tersebut merupakan hasil inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Perekayasan Ahli Utama BRIN, Barman Tambunan menjelaskan, produk yang dipamerkan di IEMS bernama charging modern tech. Produk tersebut didesain untuk melayani pengendara mobil listrik dari kalangan penyandang disabilitas. Sehingga ketika mereka ingin mengisi daya baterai maka pengendara tidak perlu turun.
Semuanya bakal dilayani oleh robot, yang bisa mendeteksi kehadiran pelanggan di stasiun pengisian baterai mobil listrik. "Ini produk kita, ini sebenarnya adalah canggih. Kita menampilkan produk charging untuk penyandang disabilitas," kata Barman di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Barman, ide melahirkan charging modern tech memang berasal dari masa depan mobil listrik yang akan menguasai Indonesia ke depannya. Cepat atau lambat, jumlah mobil listrik di negeri ini bakal terus bertambah.
Apalagi, sudah keluar Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. Karena alasan itulah, BRIN hadir untuk merespon kebutuhan masyarakat pada masa akan datang.
Salah satunya, dengan menciptakan fasilitas terkini yang bisa memudahkan pengguna kendaraan listrik untuk mengisi baterai. BRIN menyadari, pemilik kendaraan listrik tidak hanya berasal dari kelompok manusia normal. Ada pula kalangan disabilitas yang memerlukan layanan khusus.
Atas dasar itu, kata Barman, lahir stasiun pengisian baterai mobil listrik yang bisa melayani pengendara secara otomatis. "Jadi ini untuk orang-orang yang memiliki kekurangan, dalam mobilitas. Mobilnya cukup diam, nanti robotnya yang bergerak untuk mengisi, dia akan melakukan deteksi untuk di mana mobil berada dan dia bisa mengisi," kata Barman dalam siaran di channel BRIN TV.
Dia melanjutkan, kecanggihan robot tersebut juga bisa mendeteksi kapasitas baterai yang sedang diisi ulang. Kemampuan lainnya, sang robot bisa sekaligus mengisi 20 kendaran yang antre. Dengan begitu, pengguna kendaraan roda empat berbasis listrik bisa mempercayakan penuh layanan itu kepada robot pintar tersebut.
"Sekarang charging sudah dilengkapi peralatan khusus untuk membantu para disabilitas juga sehingga dia bisa menunggu di dalam saat mengisi, yang bekerja adalah robot sampai tahu berapa persen sudah terisi baterainya," kata Barman yang menjadi ketua penyelenggara IEMS.
Dia memaparkan, BRIN juga menghadirkan layanan baterai swap di IEMS. Barman menjelaskan, keunggulan fasilitas yang disediakan BRIN adalah pemilik mobil listrik bisa mendapatkan layanan cepat ketika ingin mengisi baterai.
Pengemudi atau pemilik mobil tidak perlu mengisi baterai di stasiun pengisian, melainkan menukarkan baterai yang hampir habis dengan bateri dengan daya penuh. "Itu artinya baterai dicabut, kita ambil, tinggal masukin yang baru ditaruh di mobil kita," ucap Barman.
Dengan opsi layanan itu maka pemilik kendaraan listrik tidak perlu menunggu lagi, dan bisa langsung melanjutkan perjalanan karena baterai sudah terisi penuh. Meski begitu, Barman mengakui, fasilitas charging station yang dirintis BRIN perlu untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dia mencontohkan, stasiun pengisian baterai yang dibuat bisa dipakai pemilik mobil untuk mengisi daya baterai sampai penuh yang memerlukan waktu dua jam. Dengan hadirnya teknologi terkini, pihaknya ingin mempersingkat pengisian daya baterai penuh maksimal hanya 30 menit.
Jika memang ada industri yang tertarik, sambung dia, BRIN bakal mengembangkan tegnologi terbaru supaya waktu tunggu pengisian bateri semakin cepat. Dengan begitu, pemilik kendaraan zero emisi tersebut dapat lebih produktif dalam menggunakan waktunya untuk kegiatan lain.
"Sebenarnya kita sudah siap, kita sebut teknologi readyness level sampai tingkat enam, harapannya industri kita gaet dan ada mitra yang tertarik dengan produk kita, karena bagaimana pun kalau diketahui charging merupakan infrastruktur utama," ujar Barman.
Dia menambahkan, BRIN memiliki target besar yang terkait dengan perkembangan kendaraan listrik. Tidak hanya fokus pada kendaraan listriknya saja, melainkan juga infrastruktur pendukung yang telah dipersiapkan sejak 2019, yaitu pengadaan stasiun pengisian daya listrik.
Pengembangan stasiun pengisian baterai menjadi hal mutlak, karena merupakan infrastruktur utama yang harus dipenuhi ketika kendaraan listrik semakin memenuhi jalanan. Hal itu mengingat untuk satu stasiun baterai idealnya digunakan untuk 10 kendaran listrik. "Jadi kalau kita punya 1.000 EV (electric vehicle), kita membutuhkan 100 charging station," kata Barman.
Selain itu, yang jarang diketahui masyarakat luas adalah BRIN juga mengembangkan sistem platform bernama charging station monitoring system (CSMS). BRIN tidak ketinggalan mematenkan aplikasi SONIK, yang merupakan singkatan dari Sistem Operasi Pengisian Kendaraan Listrik.
Sedangkan CSMS yang 'tertanam' di dalam SONIK adalah sistem yang dapat memantau secara real time operasional charging station. Kegunaan dari CSMS SONIK untuk menterjemahkan berbagai tipe kendaraan listrik yang ada untuk dapat bisa diisi ulang menggunakan stasiun pengisian yang telah dikembangkan.
"Jadi CSMS ini terintegrasi dengan Android. Saat orang mau mengisi kendaran listrik, harus terkoneksi dengan sistem ini," jelas Barman. Dia berharap, ke depan cukup satu aplikasi yang digunakan masyarakat Indonesia ketika ingin mengisi ulang baterai kendaraan.
Misalnya, jika saat ini Pertamina mempunyai MyPertamina dan PLN memiliki ChargeIn maka ke depannya semua aplikasi pengisian baterai bisa diintegrasikan dengan SONIK. "Aplikasi itu harapannya ke depannya satu memiliki faktor keamaan, itu isinya database semua. Karena setiap orang yang menggunakan kendaraan listrik itu terecord di dalam CSSM ini," kata Barman.
Di lokasi IEMS 2022, BRIN juga menampilkan kendaraan listrik bernama E Tricycle. Willy Barasa dari Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN menerangkan, E Tricyle dikembangkan BRIN sebagai salah satu kendaraan ramah lingkungan karena berbasis listrik. Dia menjelaskan, produk tersebut merupakan hasil kolaborasi antara BRIN dan salah satu perusahaan dalam negeri.
Adapun spesifikasi E Tricycle adalah memiliki roda tiga, dijamin rendah emisi, dan bisa dijalankan oleh para penyandang disabilitas. Adapun kendaraan tersebut bisa digeber dengan kecepatan antara 30-40 kilometer per jam dengan kapasitas baterai empat sampai lima jam.
"Ini full elektrik kita produksi untuk penggunaan penyandang disbilitas. Bukan hanya dijalankan saja, tapi punya nilai pulus untuk berniaga. Teman disabilitas atau yang punya keterbatsaan khusus bisa menggunakan kendaraan ini untuk berbisnis," kata Willy.
Teknologi otonom
Tidak berhenti sampai di situ. Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN saat ini sedang mengembangkan penelitian tentang kendaraan listrik otonom. Kendaraan jenis tersebut saat ini sedang digandrungi masyarakat dan bakal terus dikembangkan mengikuti teknologi terkini.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menjelaskan, riset pengembangan dan inovasi kendaraan listrik merupakan salah satu fokus yang dikerjakan BRIN. Diharapkan dalam beberapa waktu ke depan, hasil riset sudah terbentuk dan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
"Riset kita tujuannya untuk mengubah budaya bertransportasi masyarakat. Yang kita fokuskan pada riset ini adalah kebutuhan dari kendaraan listrik. Di tahun 2024 kita targetkan riset ini selesai," kata Laksana di KST Samaun Samadikun, Bandung, beberapa waktu lalu.
Kepala OREI BRIN, Budi Prawara, menyampaikan, kegiatan riset kendaraan listrik otonom yang sedang dikerjakan merupakan perwujudan dari turut sertanya dalam pertumbuhan dan berkembangnya industri kreatif berbasis inovasi teknologi dan inovasi bisnis di sektor transportasi. Nantinya, hasil penelitian diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia.
Menurut Budi, OREI pada 2023 memang fokus ingin mengembangkan sistem otonom untuk kendaraan listrik agar bisa digunakan masyarakat secara aman. Dengan begitu, nantinya kendaraan tersebut dapat diproduksi massal dengan teknologi terbaru keluaran BRIN.
"Fokus kami adalah pengembangan kendaraan individual mobility low speed light mass (LLM) melalui penguasaan teknologi kunci sistem otonom seperti sistem deteksi objek, automatic driving, sistem kontrol, sistem telekomunikasi dan integrasi antara sistem deteksi objek dan sistem mekanik-elektronik," jelasnya.