Selasa 20 Dec 2022 01:38 WIB

Ridwan Kamil Minta BI Jabar Kaji Dampak Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung

Selain itu, harus dikaji apakah ada potensi pertumbuhan wilayah kota baru

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Ridwan Kamil saat menginformasikan soal kereta cepat Jakarta Bandung
Foto: istimewa
Ridwan Kamil saat menginformasikan soal kereta cepat Jakarta Bandung

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Gubernur Jabar Ridwan Kamil berharap operasional kereta api cepat Jakarta Bandung operasionalnya bisa dilakukan Juni 2023 tak molor lagi. Selain itu, Ridwan Kamil meminta Bank Indonesia (BI) Jabar untuk mengkaji dampak beroperasinya kereta api cepat tersebut ke perekonomian Jabar.

"Pokoknya juni jangan melar lagi itu aja udah. Kan sudah terlalu lama kita dengan angka yang penuh dengan perdebatan minimal ada barang kan. Minimal Juni mohon ditempati, beroperasi penumpang pertama bisa menggunakan fasilitas ini," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, usai acara West Java Annual Meeting 2022 dengan Tema Memperkuat Kolaborasi Jabar Siap Padukan Langkah Hadapi Tantangan 2023,

Baca Juga

Senin (19/12/2023).

Emil mengatakan, pihaknya meminta BI Jabar untuk melakukan kajian dampak kereta api cepat karena setiap kenaikkan persentase ekonomi Jawa Barat akan berkontribusi pada kenaikan di pusat. Karena penduduk Jabar,  20 persennya Indonesia.

"Nah faktor-faktor itu yang harus dikaji lagi, apakah dulu sudah dihitung atau bagaimana. Yang sudah kita hitung itu faktor rebana, rebana itu dihitung. Kalau kereta api cepat, saya belum pernah lihat studinya apakah dengan dari lama perjalanan 3 jam menjadi 40 menit ada peningkatan pergerakan ekonomi. Saya kira juga pasti ada ya," paparnya.

Selain itu, harus dikaji apakah ada potensi pertumbuhan wilayah kota baru. Misalnya, memicu pertumbuhan di Karawang, Tegalluar dan lain-lain. "Nah harus dikaji itu kalau dihitung ke pertumbuhan itu apa," katanya.

Sementara menurut Plt Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat, Bambang Pramono, usulan agar dampak kereta api cepat Jakarta-Bandung dikaji, merupakan ide bagus. BI Jabar juga, akan bekerja sama dengan ISEI yang sebelumnya telah menjalin kerja sama juga.

"Saya rasa akan ada kajian khusus ekonomi. Nanti kan banyak tempat pemberhentian kereta api cepat, ini akan jadi peluang pertumbuhan baru. Karena kan orang akan tertarik untuk tinggal di Bandung meskipun kerjanya di Jakarta," katanya.

Bambang mencontohkan, misalnya di Nagoya Jepang kereta apinya hanya 45 menit ke Tokyo jadi banyak yang tinggal di Nagoya walaupun bekerja di Tokyo. "Mungkin saya juga akan jadi salah satu orang yang tinggal di Bandung tapi kerja di Jakarta," katanya.

Bambang menilai, properti akan menjadi salah satu yang terdampak dari keberadaan kereta api cepat ini. Namun, harus ada kajian kenaikannya berapa persen.

Selain itu, kata dia, yang harus dikaji pada umumnya masyarakat menengah ke atas akan menggunakan transportasi itu  daripada mobil. Hal ini bisa diukur seperti polusi yang berkurang bensin yang berkurang dan sektor apa saja yang terdorong oleh kereta api cepat. "Mestinya properti akan terdorong, lalu pariwisatanya mice-nya akan terdorong," katanya.

Karena, kata dia, ia saya punya pengalaman tinggal di Nagoya fasilitasnya lengkap seperti di Tokyo jadi orang bolak-balik.  Apalagi di Bandung, masyarakat yang bekerja di Jakarta pasti akan bolak-balik karena Bandung nyaman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement