Kamis 22 Dec 2022 17:17 WIB

Wapres Anggap Kenaikan Harga Beras Masih Wajar

Kenaikan harga beras terjadi karena belum memasuki masa panen.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Pedagang beras berkativitas di kiosnya di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rabu (21/12/2022). Pedagang di pasar tersebut menyatakan, jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2023 sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan diantaranya harga daging ayam dari Rp30 ribu menjadi Rp35 ribu per kilogram, telur ayam menjadi Rp22 ribu, cabai rawit  menjadi Rp50 ribu, bawang merah menjadi Rp35 ribu dan beras dari Rp9 ribu menjadi Rp10 ribu. Republika/Abdan Syakura
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pedagang beras berkativitas di kiosnya di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Rabu (21/12/2022). Pedagang di pasar tersebut menyatakan, jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2023 sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan diantaranya harga daging ayam dari Rp30 ribu menjadi Rp35 ribu per kilogram, telur ayam menjadi Rp22 ribu, cabai rawit menjadi Rp50 ribu, bawang merah menjadi Rp35 ribu dan beras dari Rp9 ribu menjadi Rp10 ribu. Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin merespons laporan Bank Dunia yang menyebut harga beras Indonesia tertinggi di ASEAN. Ma'ruf mengakui memang ada kenaikan harga beras saat ini, tetapi masih dalam batas kewajaran.

Kenaikan harga beras ini menurutnya, terjadi karena belum memasuki masa panen. "Harga beras itu kalau dilihat pada saat sekarang ini memang agak naik ya. Tapi nanti saat panen itu turun, jadi ada masa turun, ada masa naik, tapi dalam batas-batas yang wajar," ujar Ma'ruf dalam keterangan persnya di sela kunjungan kerja ke Bali, Kamis (22/12/2022).

Baca Juga

Ma'ruf juga menyebut kenaikan harga beras saat ini siklus periodik yakni menjelang periode masa natal dan tahun baru (nataru). Kenaikan ini juga kerap terjadi menjelang Ramadhan hingga Lebaran.

"Memang di Indonesia begitu kalau mau tahun baru naik, mau Lebaran naik dan kebetulan paceklik kan, nanti kalau sudah itu turun lagi," ujarnya.

Karena itu, Ma'ruf menilai, untuk menghitung harga beras harus dilihat secara keseluruhan saat naik maupun turun. Ini agar diihasilkan hitungan harga beras secara rata-rata.

"Kalau dilihat indikasi secara keseluruhan tidak yang termahal, mungkin juga bukan yang termurah juga mungkin. Tapi agak murah lah, di atas yang termurah mungkin, antara itu, tapi bukan yang termahal," ujarnya.

Ma'ruf juga mengatakan, kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah saat ini sebagai cadangan untuk menjaga pasokan beras terjaga. "Sudah dua tahun kita tidak impor kan. Ya, Sekarang pun sebenarnya cukup, cuma cadangan, jadi ada impor itu untuk cadangan," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement