REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Pembina Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS) Nafsiah Mboi meminta pemerintah memperkuat eliminasi HIV/AIDS. Caranya melalui peningkatan pelacakan kasus serta peningkatan kepatuhan pasien untuk terapi Antiretroviral (ARV).
"Sementara kami dari YKIS akan berfokus kepada kelompok ibu hamil, remaja dan laki-laki berisiko. Program akan dikembangkan YKIS berdasarkan riset dan evidence base," kata Nafsiah dalam Konferensi Pers HIV/AIDS YKIS 2022 di Jakarta, Selasa (27/12/2022).
Dengan melakukan pelacakan bersama komunitas, maka akan lebih mudah menelusuri pihak mana yang putus obat ARV. Kemudian pada ibu hamil, pemerintah perlu menjalankan akselerasi program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA). Hal lain yang dapat digencarkan adalah mewajibkan ibu hamil untuk skrining tes HIV sesuai Permenkes Nomor 23 Tahun 2022.
Pemerintah juga harus menyediakan pengobatan ARV untuk anak, serta menghapus stigma dan diskriminasi terhadap anak dengan HIV di sekolah dengan bekerja sama oleh Kemendikbudristek.
Ia melanjutkan terkait dengan meningkatnya jumlah pria yang terinfeksi HIV, penguatan pada promosi perilaku hidup sehat dirasa efektif untuk mencegah infeksi pada pria. Penyediaan akses paket pencegahan pada kelompok berisiko sangat penting untuk diberikan.
Dalam data YKIS, 54,2 persen ODHIV berasal dari remaja. Artinya, program pencegahan harus lebih difokuskan untuk kelompok remaja 15-24 tahun. Melalui upaya promosi kesehatan yang inovatif, kreatif dan menarik bagi mereka.
Diharapkan pemerintah juga bisa menyediakan akses paket pencegahan untuk remaja, termasuk menjangkau kelompok tersebut menggunakan media sosial serta memperkuat organisasi remaja dan kepemudaan.
Nafsiah menekankan waktu untuk mengeliminasi HIV/AIDS tinggal tujuh tahun lagi. Ia berharap kepala daerah yang telah melaporkan ODHIV dapat meningkatkan komitmennya melalui kebijakan, programatik dan pembiayaan untuk penanggulangan agar mencukupi kebutuhan anggaran.
Hal lain yang dirinya harapkan adalah dalam program kesehatan ibu dan anak, PPIA ikut dijadikan sebagai program nasional yang berlaku bagi semua ibu hamil.
Selanjutnya, program untuk remaja harus diintegrasikan ke dalam kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler dengan melibatkan organisasi remaja, supaya promosi perilaku hidup sehat dan upaya pencegahan HIV dapat sampai ke target sasaran.
Ia menambahkan jika program khusus untuk laki-laki, berisiko harus dibuat komprehensif guna mencegah penularan pada perempuan yang jadi pasangannya atau laki-laki yang menjadi pasangannya.
"Saat ini kita dikejar waktu, mari tingkatkan perjuangan bersama. Semua pihak harus dilibatkan," katanya.
Ia juga berharap agar semua kementerian/lembaga mengkoordinasikan masalah tersebut dan menggaet mitra internasional, sehingga penanganan HIV/AIDS di Indonesia berada dalam satu langkah dan gerak one team one spirit guna menuju akhir dari epidemi HIV di tahun 2030.