Kamis 29 Dec 2022 10:16 WIB

AS Wajibkan Hasil Tes Negatif Covid-19 Bagi Pelaku Perjalanan dari China

Aturan itu berlaku bagi siapa pun tanpa melihat kewarganegaraan dan status vaksinasi.

 Awak kabin yang mengenakan alat pelindung mengawasi saat para pelancong yang menuju ke China menaiki penerbangan yang berangkat dari bandara JFK di New York. Amerika Serikat akan mewajibkan hasil tes Covid-19 negatif bagi pelaku perjalanan dari China sebagai bagian dari langkah antisipasi baru mulai 5 Januari
Foto: AP/Emily Wang Fujiyama
Awak kabin yang mengenakan alat pelindung mengawasi saat para pelancong yang menuju ke China menaiki penerbangan yang berangkat dari bandara JFK di New York. Amerika Serikat akan mewajibkan hasil tes Covid-19 negatif bagi pelaku perjalanan dari China sebagai bagian dari langkah antisipasi baru mulai 5 Januari

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Amerika Serikat akan mewajibkan hasil tes Covid-19 negatif bagi pelaku perjalanan dari China sebagai bagian dari langkah antisipasi baru mulai 5 Januari, seperti diumumkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Rabu (28/12/2022). Langkah itu diterapkan di tengah lonjakan kasus Covid-19 di China.

"CDC mengumumkan langkah ini untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Amerika Serikat selama terjadi peningkatan kasus Covid-19 di China, mengingat minimnya data pengurutan genom virus dan epidemiologis yang transparan dan memadai dari China," menurut CDC.

Baca Juga

Pejabat AS sebelumnya mengkhawatirkan transparansi data dari China mengenai kasus baru. Menurut lembaga kesehatan itu, penumpang pesawat yang tiba dari Hong Kong dan Makau juga diharuskan menyerahkan hasil negatif tes Covid-19.

Pelaku perjalanan berusia 2 tahun ke atas juga diharuskan melakukan tes antigen atau PCR dan akan diawasi oleh layanan telemedika atau layanan kesehatan resmi tidak lebih dari dua hari sebelum keberangkatan.

CDC menambahkan bahwa aturan itu berlaku bagi siapa pun tanpa melihat kewarganegaraan dan status vaksinasi.

China mengumumkan pelonggaran aturan Covid-19 lebih lanjut mulai 8 Januari. Komisi Kesehatan China (NHC) mengatakan bahwa Beijing tidak akan memberlakukan karantina bagi mereka yang tiba di negara tersebut.

NHC juga tidak lagi merilis data statistik kasus Covid-19 tanpa gejala awal Desember ini.

Negara terpadat di dunia itu juga menghapus kebijakan "nol-Covid-19" yang ketat pada Desember ini, menyusul aksi protes dan kerusuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya di sebagian besar wilayahnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement