Senin 23 Jan 2023 12:04 WIB

PM Pakistan: Tidak Ada Kata yang Cukup untuk Mengutuk Pembakaran Alquran

Pembakaran Alquran melukai hati 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif. PM Pakistan: Tidak Ada Kata yang Cukup untuk Mengutuk Pembakaran Alquran
Foto: AP Photo/Mary Altaffer
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif. PM Pakistan: Tidak Ada Kata yang Cukup untuk Mengutuk Pembakaran Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengkritik aksi pembakaran Alquran selama protes di luar kedutaan Turki di Stockholm oleh politikus sayap kanan Swedia-Denmark. Dalam laporan kantor berita Pakistan The News International, ia menyebut insiden itu sangat menyakitkan dan tercela.

“Tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengutuk tindakan keji penodaan Alquran oleh ekstremis sayap kanan di Swedia. Kebebasan berbicara tidak dapat digunakan untuk melukai sentimen keagamaan 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia. Ini tidak bisa diterima,” tweetnya, dilansir dari Nord, Senin (23/1/2023).

Baca Juga

Menurutnya, insiden ini telah melukai hati 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia. Turki dan beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Yordania, Oman, dan Kuwait juga mengutuk penodaan Alquran itu.

Turki menyebut protes di Swedia sebagai tindakan jahat. Selain itu, keputusan pemerintah Swedia mengizinkan protes itu sama sekali tidak dapat diterima.

“Membiarkan tindakan anti-Islam, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kita, dengan kedok kebebasan berekspresi sama sekali tidak dapat diterima,” kata Turki.

Kementerian Luar Negeri Pakistan meminta masyarakat internasional menunjukkan tekad bersama melawan Islamofobia, xenofobia, intoleransi, dan hasutan untuk melakukan kekerasan atas dasar agama atau kepercayaan. Warga dunia juga diminta bekerja sama mempromosikan kerukunan antaragama dan hidup berdampingan secara damai.

Dalam pernyataan, kantor luar negeri Pakistan mengatakan tindakan Islamofobia yang tidak masuk akal dan provokatif ini melukai perasaan religius miliaran Muslim di seluruh dunia. Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi dan koeksistensi, serta menolak kebencian dan ekstremisme.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement