REPUBLIKA.CO.ID, JENIN -- Pasukan Israel membunuh sembilan warga Palestina, termasuk setidaknya tujuh militan dan seorang perempuan berusia 61 tahun di kamp pengungsi Jenin pada Kamis (26/1/2023).
Sebagai balasannya, wilayah Israel selatan mendengar sirine serangan udara di Jumat (27/1/2023) pagi. Sirene menandakan kemungkinan serangan roket diluncurkan dari Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
Balasan ini beberapa jam setelah pasukan Israel membunuh warga Palestina dalam serangan tunggal paling mematikan di wilayah pendudukan Tepi Barat dalam dua dekade. Militer Israel juga menembak mati seorang warga Palestina berusia 22 tahun kemudian dalam insiden terpisah.
Pasukan Israel di Tepi Barat dan di perbatasan Gaza meningkatkan kewaspadaan. Warga Palestina memenuhi jalan-jalan, meneriakkan solidaritas dengan Jenin, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan tiga hari berkabung. Di kamp pengungsian, warga menggali kuburan massal untuk korban serangan.
Kelompok militan yang menguasai Gaza Hamas mengancam balas dendam atas serangan itu. Eskalasi kekerasan di Tepi Barat sebelumnya telah memicu tembakan roket pembalasan dari Jalur Gaza.
Sedangkan Otoritas Palestina (PA) mengatakan, akan menghentikan hubungan pasukan keamanannya dengan Israel dalam upaya bersama untuk menahan militan. Juru bicara PA Nabil Abu Rudeineh mengatakan, Abbas telah memutuskan untuk memotong koordinasi keamanan mengingat agresi berulang terhadap rakyat dan merusak perjanjian yang ditandatangani. Pernyataan ini mengacu pada komitmen dari proses perdamaian Oslo pada 1990-an.
Rudeineh menyatakan, Palestina berencana untuk mengajukan pengaduan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Pengadilan Kriminal Internasional, dan badan internasional lainnya. Ancaman PA sebelumnya berumur pendek. Kondisi itu sebagian karena manfaat yang dinikmati otoritas dari hubungan tersebut dan karena tekanan Amerika Serikat (AS) dan Israel untuk mempertahankannya.
Terakhir kali PA memotong koordinasi keamanan dengan Israel pada tahun 2020, atas dorongan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mencaplok Tepi Barat, yang akan membuat negara Palestina di masa depan menjadi mustahil. Namun enam bulan kemudian, PA melanjutkan kerja sama, menandakan pentingnya hubungan finansial dan bantuan Palestina pada pemilihan Presiden Joe Biden.
PA sudah memiliki kendali terbatas atas kantong-kantong yang tersebar di Tepi Barat dan hampir tidak ada kubu militan seperti kamp Jenin. Namun, pengumuman terbaru ini dapat membuka jalan bagi Israel untuk meningkatkan operasi yang menurutnya diperlukan untuk mencegah serangan.
Diplomat top AS untuk Timur Tengah, Barbara Leaf mengatakan, pemerintah sangat prihatin dengan situasi tersebut. Korban sipil yang dilaporkan di Jenin sangat disesalkan.
Namun, Leaf juga mengatakan, pengumuman Palestina untuk menangguhkan hubungan keamanan adalah sebuah kesalahan. “Jelas, menurut kami ini bukan langkah yang tepat untuk diambil saat ini,” katanya.
Leaf menyatakan, bahwa janji Palestina untuk membawa masalah ini ke PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional bermasalah. “Kami ingin melihat mereka bergerak kembali ke arah yang lain. Mereka perlu terlibat satu sama lain," ujarnya.
Tidak ada pembicaraan damai yang serius antara Israel dan Palestina selama lebih dari satu dekade. Ketegangan meningkat sejak Israel meningkatkan serangan di Tepi Barat musim semi lalu, diikuti serangkaian serangan Palestina.
Menteri Keamanan Nasional Israel yang baru dan politikus sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, berusaha memberikan kekebalan hukum kepada tentara Israel yang menembak warga Palestina. Dia memposting video dirinya berseri-seri penuh kemenangan dan memberi selamat kepada pasukan keamanan atas serangan terbaru di kamp pengungsian Jenin.