REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM – Pemerintah Swedia kembali berusaha untuk membantah bahwa badan layanan sosial Swedia menculik anak-anak Muslim, dengan mengatakan bahwa Swedia kembali melihat kampanye disinformasi yang tersistematis, Ahad (5/2/2023).
"Kampanye ini sekarang mendapatkan momentum lag. Ini salah dan tidak benar. Dinas sosial Swedia tidak menculik anak-anak. Baik Muslim maupun anak-anak lain," kata Perdana Menteri Ulf Kristersson..
Dia mengatakan sebaliknya bahwa pekerja sosial dan karyawan lainnya diekspos di media sosial dan diancam.
Pemerintah akan menempatkan penjaga di dalam kantor layanan sosial dan akan mengalokasikan lebih banyak dana ke Badan Pertahanan Psikologis Swedia, yang didirikan untuk melawan informasi yang salah, untuk membantu menangani masalah ini.
Namun dia tidak mengatakan berapa banyak uang akan diberikan kepada lembaga sosial ini. Pernyataan itu muncul atas pengajuan diri Swedia dan Finlandia untuk menjadi anggota NATO.
Turki marah karena Swedia membiarkan protes anti-Turki berlangsung, dan khususnya karena tidak mencegah seorang aktivis anti-Muslim berulang kali membakar Alquran, kitab suci umat Islam.
Dia juga berpikir bahwa Swedia tidak cukup berbuat untuk melawan aktivis Kurdi yang dianggap teroris.
Kecuali tuntutannya dipenuhi, dikatakan tidak akan menyetujui aplikasi NATO Swedia, yang harus diterima semua 30 anggota aliansi militer.
Kristersson mengatakan kampanye disinformasi atas penculikan anak dimulai pada 2021. Badan Pertahanan Psikologis mengatakan tahun lalu bahwa tuduhan tersebut dapat ditelusuri ke situs berbahasa Arab yang pembuatnya menyatakan dukungan untuk kelompok ISIS.
Pada Februari 2022, Kementerian Luar Negeri Swedia mengatakan bahwa semua anak di Swedia dilindungi dan diasuh secara setara di bawah undang-undang Swedia dan pekerja sosial memerlukan perintah pengadilan untuk mengeluarkan anak-anak dari orang tua mereka tanpa persetujuan.
Sumber: foxnews