REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin merespons tujuh alat pendeteksi tsunami (Ina-Buoy) milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang dipasang di beberapa titik lokasi rawan tsunami yang mengalami kerusakan atau mati.
Menurut BRIN, matinya alat-alat tersebut karena usianya yang telah dua tahun. Selain itu, juga karena biaya operasionalnya yang cukup mahal.
"Saya kira alat-alat itu penting untuk diperbaiki, ya. Karena kita negara yang sering terjadi tsunami," ujar Ma'ruf dalam keterangannya di sela kunjungan kerja ke Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023).
Wapres mengatakan, untuk masalah anggaran perbaikan semestinya tidak menjadi masalah karena dapat dilakukan secara bertahap. "Nah untuk anggaran itu kan tidak harus sekaligus," katanya.
Sebab, menurut dia, bagaimana pun alat pendeteksi tsunami harus tetap ada dan dapat berfungsi dengan baik.
"Penting peran alat-alat itu (sehingga) harus ada, paling tidak berfungsi untuk memberikan aba-aba (atau) peringatan dini," katanya.
Sebelumnya, menurut BMKG, matinya buoy-buoy pendeteksi tsunami sudah sejak setahun hingga enam bulan lalu. Buoy-buoy tersebut ada di lautan dekat Bengkulu, laut dekat anak Gunung Krakatau, Selat Sunda, laut selatan Pangandaran, selatan Jawa Timur, laut selatan Bali, dan laut selatan Waingapu di Sumba Timur.