Kamis 09 Feb 2023 08:34 WIB

Respons Gempa Bisa Jadi Panggung Politik di Turki dan Suriah

Erdogan bisa galang dukungan untuk Pemilu dan Assad bisa tekan asing beri bantuan

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Turki itu dapat menggalang dukungan nasional selama krisis dan memperkuat posisinya.
Foto: Turkish Presidency via AP
Presiden Turki itu dapat menggalang dukungan nasional selama krisis dan memperkuat posisinya.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi daerah terdampak gempa atau zona bencana. Ia menetapkan 10 provinsi dalam masa darurat dan mengerahkan tentara untuk membantu respon gempa bermagnitudo 7,8 pada awal pekan lalu.

Ia mengunjungi Kahramanmaras untuk melihat kerusakan dan proses penyelamatan dan pengiriman bantuan. Ia berbicara dengan wartawan berlatar belakang suara sirine ambulans. Ia mengatakan, terdapat masalah dengan jalan dan bandara tapi "hari ini kami lebih baik."

Baca Juga

"Kami akan lebih baik besok dan berikutnya, kami masih memiliki sejumlah masalah dengan bahan bakar, tapi kami juga akan mengatasinya," kata Erdogan, Rabu (8/2/2023).

Ia kemudian mengecam kritik respons pemerintah pada gempa.

"Ini waktunya untuk bersatu, solidaritas di masa seperti ini, saya tidak dapat membiar orang menggelar kampanye negatif untuk kepentingan politik," kata Erdogan pada wartawan di selatan Provinsi Hatay.

Namun, bencana ini dapat menjadi tantangan bagi Erdogan dalam pemilihan umum bulan Mei mendatang. Pemilu tahun ini dinilai akan menjadi pemilu paling sulit yang akan dihadapi selama dua dekade berkuasa.

Operator bursa saham Istanbul mengambil langkah tidak biasa dengan menunda perdagangan selama lima hari. Persepsi buruk atas kegagalan pemerintah dalam merespon bencana dapat merusak prospek Erdogan untuk kembali berkuasa.

Tapi menurut pengamat, presiden Turki itu dapat menggalang dukungan nasional selama krisis dan memperkuat posisinya.

Sementara itu Presiden Suriah Bashar al-Assad tampaknya mengambil keuntungan politik dari gempa. Ia menekan pihak asing untuk mengirimkan bantuan melalui wilayah yang ia kuasai untuk menghindari isolasi internasional.

Pemantau jaringan internet internasional Netblocks melaporkan Turki membantasi Twitter pada Rabu kemarin.

"(Langkah) ini dilakukan saat masyarakat mengandalkan layanan itu usai serangkaian gempa mematikan," kata Netblocks.

Pakar dan profesor hak asasi siber Bilgi University di Istanbul, Yaman Akdeniz mengatakan belum diketahui penyebab pembatasan tersebut. Ia menambahkan akses ke TikTok di Turki juga dibatasi.

"Bagaimana pembatasan Twitter di hari saat komunikasi menyelamatkan nyawa," kata ketua partai oposisi DEVA, Ali Babacan di Twitter. Kementerian Infrastruktur dan Transportasi Turki yang dapat memberlakukan pembatasan tidak dapat dimintai komentar.

Baca juga : Mabes Polri Kirim Personel Bantu Gempa di Turki

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement