REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Kampanye A22 Sports Management sebagai pelopor terbentuknya Liga Super Eropa (ESL) tampaknya akan kembali menemui jalan buntu alias masih mendapat kecaman dari para penggemar sepak bola Eropa.
Kepala eksekutif Football Supporter Association (FSA), badan perwakilan suporter di Inggris dan Wales, Kevin Miles mengeklaim ESL layaknya zombie yang siap menghisap darah serta mengganggu kestabilan sepak bola Benua Biru.
"Mayat berjalan Liga Super Eropa hidup lagi, dengan semua kesadaran diri layaknya zombie," kata Kevin Milles menegaskan penolakan terhadap wacana baru ESL dikutip Reuters, Jumat (10/2/2023).
Pertama kali Liga Super Eropa diumumkan pada 2021 lalu, beberapa penggemar tim Inggris langsung menolak kompetisi yang dianggap sebagai tandingan dari Liga Champions tersebut.
Akibatnya gelombang penolakan yang besar membuat enam tim, yakni Manchester United, Manchester City, Liverpool, Tottenham Hotspur, Arsenal dan Chelsea memilih mundur dari ESL. Hasilnya kampanye Liga Super Eropa seketika mati suri ditinggal pengikut.
Selain keenam tim Liga Primer dua klub Italia AC Milan dan Inter Milan juga mengambil jalan yang sama. Hanya Juventus, Real Madrid serta Barcelona yang terus memperjuangkan ide tersebut.
Kini setelah menghilang ESL melalui CEO A22 Bern Reichart kembali menebar wacana dengan format serta gagasan baru mengenai kompetisi alternatif ini.
Kali ini, tawaran yang diajukan dengan masuknya 60 hingga 80 klub yang berpartisipasi ditambah jumlah laga yang lebih banyak dari Liga Champions. Namun, rayuan ini tak melunturkan pilihan penggemar.
FSA pun tetap mengecam langkah ESL lantaran kompetisi terbuka untuk para klub top Eropa sudah tersaji via kejuaraan Liga Champions setiap tahunnya.
"Mereka bilang dialog dengan suporter dan kelompok suporter amatlah penting, tapi Liga Zombie Eropa terus saja berjalan dan terang-terangan mengabaikan protes yang dikeluarkan suporter dari seluruh penjuru Eropa," kata Kevin Miles.