Sabtu 18 Feb 2023 21:32 WIB

Militer AS Salah Sasaran, Balon Udara yang Ditembak Bukan Milik Cina?

Para pehobi balon udara di AS terimbas insiden penembakan balon Cina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Dalam foto yang disediakan oleh Chad Fish ini, sisa-sisa balon besar melayang di atas Samudra Atlantik, tepat di lepas pantai Carolina Selatan, dengan jet tempur dan contrailnya terlihat di bawahnya,  Sabtu (4/2/2023).
Foto: Chad Fish via AP
Dalam foto yang disediakan oleh Chad Fish ini, sisa-sisa balon besar melayang di atas Samudra Atlantik, tepat di lepas pantai Carolina Selatan, dengan jet tempur dan contrailnya terlihat di bawahnya, Sabtu (4/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Para pehobi balon udara di Amerika Serikat (AS) terdampak oleh insiden penembakan balon udara milik Cina yang diduga melakukan pengintaian di negara tersebut. Kini, kalangan pecinta balon udara di Negeri Paman Sam berusaha mempertahankan kegiatan hobi mereka saat AS telah beberapa kali menembak objek tak dikenal pasca ditembak jatuhnya balon milik Cina.

Penggemar balon udara sekaligus pemilik siniar Amateur Radio Roundtable yang berbasis di Tennessee, Tom Medlin, mengungkapkan, dia sempat mengontak klub atau komunitas pecinta balon udara di Illinois setelah objek tak dikenal ditembak jatuh di atas Yukon. Dia meyakini, objek tak dikenal yang menjadi sasaran tembak militer AS itu merupakan salah satu balon milik anggota klub tersebut.

Baca Juga

“Balon mata-mata harus ditembak jatuh. Itu ancaman keamanan nasional, pastinya. Lalu yang terjadi, menurut saya, pemerintah agak cemas,” kata Medlin, Sabtu (18/2/2023).

Dia mengungkapkan, saat penembakan terhadap beberapa objek tak dikenal dilakukan, pemerintah tak mengetahui benda apa itu sebenarnya. “Itu sedikit memprihatinkan,” ucap Medlin.

Medlin mengatakan balon yang dia terbangkan saat ini berharga sekitar 12 dolar AS dan berdiameter sekitar 32 inci. Balon membawa pemancar bertenaga surya yang beratnya kurang dari dua gram. Ia memancarkan sinyal setiap 10 menit atau lebih sehingga operator radio ham di seluruh dunia dapat digunakan untuk melacak lokasi balon.

Saat ini Medlin memiliki balon yang telah mengudara selama 250 hari dan sudah mengelilingi dunia 10 kali. Medlin mengaku bahagia dapat menyaksikannya balonnya mengelilingi dunia dan membangun pemancar kecil.

Medlin mengembangkan balon-balonnya dengan hidrogen yang cukup guna memastikan mereka terbang di ketinggian sekitar 50 ribu kaki. Itu jauh di atas kebanyakan pesawat komersial. Medlin menjelaskan, balon-balon tersebut sangat ringan. Dengan demikian, Otoritas Penerbangan Federal atau Federal Aviation Administration (FAA) tidak mengaturnya dan tidak mengharuskan balon-balon terkait mengajukan rencana penerbangan.

Peraturan saat ini di situs web FAA menyatakan, tidak seorang pun dapat mengoperasikan balon tak berawak dengan cara yang menimbulkan bahaya. Peraturan FAA hanya berlaku untuk balon yang membawa muatan lebih dari empat pon.

Medlin berspekulasi bahwa setelah otoritas AS mendeteksi balon Cina yang dicurigai melakukan pengintaian, mereka menyesuaikan atau mengatur radar untuk mengambil objek yang sangat kecil. Kendati demikian, Medlin menegaskan balon penghobi tidak menimbulkan ancaman bagi pesawat.

“Kami mengikuti aturan dan regulasi FAA. Mereka adalah ahli apakah ini harus dilakukan atau tidak. Ambil gabus dan jatuhkan di tengah Samudra Pasifik. Apakah kapal akan menabraknya? Mungkin tidak. Dan jika itu terjadi, itu tidak akan merusak kapal,” kata Medlin.

Ron Meadows ikut mendirikan Scientific Balloon Solutions yang berbasis di San Jose bersama putranya, Lee. Dia mengatakan perusahaannya memproduksi balon berdiameter 8,5 kaki untuk mahasiswa sains dan siswa sekolah tingkat menengah.

Meadows mengatakan, balon-balon itu membawa muatan dengan berat sekitar 10 hingga 20 gram, dengan pemancar seukuran stik es krim. Beberapa balon memiliki antena 20 kaki atau sekitar enam meter.

Meadows memahami saat ini otoritas AS sedang berupaya membuat masyarakat di negara tersebut aman. Namun menurutnya, pemerintah tidak mengerti bahwa terdapat balon udara yang sama sekali tidak menimbulkan ancaman. Karena adanya insiden balon udara Cina, pemerintah, kata Meadows, telah bertindak berlebihan terhadap balon-balon lainnya.

Meadows mengaku telah mencoba menghubungi Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Departemen Pertahanan AS untuk memberi penjelasan serta informasi kepada para pejabat di kedua departemen tentang balon udara. Namun upayanya belum membuahkan hasil karena teleponnya selalu masuk ke pesan suara.

“Alangkah baiknya pemerintah kita mendapatkan informasi yang mereka butuhkan,” ucapnya.

Dia mengantisipasi, setelah insiden penembakan balon udara Cina, FAA akan mengeluarkan pembatasan balon yang lebih ketat. Ia mengaku tidak terlalu khawatir, karena bisnis balonnya merupakan pekerjaan sampingan. Meadows juga menjalankan layanan perbaikan kolam renang.

“Kami di bisnis (balon) ini lebih untuk mahasiswa, bukan mencari uang. Ini untuk pendidikan. Ketika kami membangun hal-hal ini, waktu yang dibutuhkan untuk membangunnya, kami dapat menghasilkan lebih banyak dalam pekerjaan harian kami,” ucap Meadows.

Sementara itu pada Jumat (17/2/2023) lalu Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengungkapkan, pemerintah belum dapat mengonfirmasi tentang apakah objek tak dikenal yang ditembak militer AS merupakan balon milik sebuah klub di Illinois. Dia mengatakan, puing-puing objek itu belum ditemukan.

“Kita semua harus menerima kemungkinan bahwa kita mungkin tidak dapat memulihkannya," ucapnya.

Pada Jumat lalu, para pejabat AS juga mengatakan, mereka telah berhenti mencari puing-puing dari benda-benda yang ditembak jatuh di atas Alaska dan Danau Huron setelah tidak menemukan apa pun. Sementara upaya pencarian puing-puing dari objek Yukon sedang berlangsung. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement