REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ketua PP Muslimat NU, Mursyidah Thahir mengatakan, pengajian majelis taklim tidak mengorbankan apa pun dan siapa pun, termasuk anak-anak dan keluarga. Waktu pengajian pun, menurut dia, sangat fleksibel dan tidak memaksakan.
Mursyidah bercerita bahwa ketika akan memulai majelis taklim tentu yang pertama dimusyawarahkan adalah waktu. Ketika ada yang menawarkan jam sembilan pagi lalu ada yang keberatan, karena masih harus mengurus pekerjaan rumah dan anak-anak, lalu jam pengajian ditawarkan kembali jam sepuluh pagi sampai jam sebelas siang.
“Ibu-ibu jamaah majelis taklim mintanya jam sepuluh sampai jam sebelas, alasannya supaya jam sepuluh itu sudah rapi, anaknya sudah diantar ke sekolah, jam sebelas bubaran ngaji anak sudah bisa dijemput, jadi tidak tabrakan. Sehingga jarang sekali ada ibu-ibu yang rajin pengajian, anaknya telantar, itu tidak ada,” kata Mursyidah dalam sambungan telepon, Senin (20/2/2023).
Menurut Mursyidah, ibu-ibu majelis taklim justru menjadi orang yang pandai manajemen waktu. Karena sebelum berangkat ke majelis taklim, mereka akan lebih dahulu menyelesaikan pekerjaan rumahnya, tarmasuk mengantar anak ke sekolah.
“Malah rapi mereka itu, yang rajin ngaji itu, urusan rumahnya rapi, jamnya sudah rapi, ‘jangan jam sembilan, jam sepuluh saja karena saya antar anak ke sekolah dulu’ jadi disesuaikan waktunya, jadi ibu-ibunya tetap aktif di pengajian, anak-anak juga tidak terkorbankan,” kata Mursyidah menegaskan.
Ia menambahkan, untuk ibu-ibu majelis taklim yang memiliki anak usia balita pun bisa diajak dan tidak ada larangan. Justru, menurut dia, sangat bagus mengenalkan dan membiasakan anak ikut majelis taklim sedini mungkin.
“Justru anak kecil yang sering dibawa ngaji di forum orang banyak itu kepercayaan dirinya jadi terbangun, karena dia bukan hanya melihat ibunya, dan ibu-ibu lain juga pasti akan menyapa,” tuturnya.
Sedangkan mengenai isi majelis taklim sendiri tambahnya, tentu saja membahas sesuatu yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah formal. Misalnya, membahas masalah haid, nifas, istikhadoh, bersuci, dan semua masalah kewanitaan.
Pertama, pada jam sepuluh pagi itu akan dimulai dengan membaca Asmaul Husna, lalu dilanjutkan dengan membaca Alquran selama 15 menit, kemudian langsung ke acara inti. Acara intinya sesuai dengan tema yang akan dibahas.
“Temanya ya sesuai dengan kepentingan ibu-ibu, kesucian wanita pascamenstruasi, pascanifas, itu kan pembahasan spesifik, lalu dalil-dalil, lalu bagaimana mereka melakukan sholat ketika istikhadoh, sholat ketika gak teratur haid, bagaimana mereka berpuasa, yang seperti itu kan tidak diajarkan di sekolah,” tuturnya.