REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tengah mendorong pemberian bunga nol persen untuk pelaku usaha mikro. Associate Director BUMN Research Group Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan, rencana ini memiliki sejumlah tantangan bagi perbankan, terutama dalam aspek net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih.
Toto menilai hal ini tentu tidak mudah. Ia mengambil contoh profit Bank BRI dan Bank Mandiri pada 2022.
"Laba BRI yang Rp 48 triliun (bank only) ternyata didorong dari pendapatan bunga yang NIM-nya 7,4 persen. Demikian pula Bank Mandiri NIM-nya sekitar lima persen," ujar Toto kepada Republika di Jakarta, Senin (20/2/2023).
Toto menyebut NIM merupakan hal yang krusial mengingat menjadi sebuah indikator yang mengukur perbedaan lending dan borrowing rate. Toto mengatakan semakin tinggi NIM akan mengakibatkan cost of money debitur juga kian mahal.
Dengan portofolio sebagian bank besar yang mengandalkan bunga tinggi, Toto menilai permintaan itu hanya bisa efektif apabila bersifat order yang mandatory. Artinya, ucap Toto, harus ada perintah tegas pemerintah kepada perbankan untuk menerapkan nol persen kredit ke sektor mikro.
"Kalau imbauan saja menurut saya tidak akan efektif. Di DBS Singapura, bank terbesar di Asia Tenggara, angka NIM 2022 hanya di level 2,1 persen," kata Toto.