REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seni pertunjukan wayang di Indonesia sudah sangat tua, bahkan sebelum masuknya pengaruh Hindu dengan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Tapi dalang selalu dapat menyesuaikan ceritanya ke masa kini.
Tidak ada pentas wayang yang sama persis, meski dengan cerita dan dalang sama. Disamping itu, wayang bersifat amot, among, amemangkat yang mampu menerima pengaruh dari luar tapi juga mampu mempengaruhi budaya lain.
Hal ini dapat kita saksikan dalam acara peluncuran Wayang Worlds seri pertama yang disutradarai Daniel Haryodiningrat dan Matthew Cohen melalui Zoom dan Youtube, Sabtu (25/2/2023). Acara ini menampilkan wayang dari berbagai cerita dan latar belakang.
Di antaranya Wayang Esther dari kisah berlatar belakang Judeo-Cristianity tentang kepahlawanan Ratu Esther. Wayangnya didesain oleh Joko Susilo, dalang dan dosen di Selandia Baru dari Surakarta.
Wayang dipentaskan oleh Matthew Cohen yang sudah melalang buana mendalang di Eropa dan Amerika Serikat bahkan dikenal sebagai Dalang Pantura karena seri pementasannya di Pantai Utara Jawa pada tahun 2018. Sedangkan musik pengiringnya dibawakan oleh grup gamelan Son of Lion yang didirikan oleh mendiang Barbara Benary pencetus Wayang Esther dengan pemain kendang Jodie Diamond, direktur Gamelan Institut di Amerika Serikat.
Kemudian, Wayang Gedhog dari kisah lokal Panji tentang percintaan dan pengembaraan Inu Kertapati mencari Dewi Sekartaji, kekasihnya. Wayang dipentaskan Rudy Wiratama, dalang dan dosen sastra budaya yang mementaskan wayang ciptaan Bambang Suwarno, maestro pembuat Wayang Gedhog dan Wayang Wahyu dari Surakarta.
Berikutnya Wayang Thithi yang diangkat dari kisah Tiongkok Kuno, Sie Jin Kui atau lebih dikenal dengan nama Wacinwa. Wayang Cina Jawa yang diciptakan oleh Dwi Woro Retno Mastuti ini, dalam filmnya akan menceritakan perjalanannya meneliti Wacinwa.
Didukung oleh Bernie Liem, pelaku sejarah yang dulu menyimpankan dua kotak Wayang Thithi jika tidak pentas. Pemateri terakhir adalah Aneng Kiswantoro, dosen Pedalangan dan sekaligus dalang Wayang Thithi dan pembuat duplikatnya sehingga dapat dipertunjukan di berbagai tempat hingga saat ini
Para penciptanya mencintai wayang. Karena meskipun mengembangkan kisahnya sesuai dengan tradisi masing masing, ketiga jenis wayang tersebut disungging dan dipentaskan mengikuti pakem pakeliran Wayang Purwo.
Dengan begitu lahirlah wayang genre baru dari proses akulturasi dan inkulturasi yang tulus dan saling melengkapi antara ragam budaya yang berbeda. Wayang telah menyatukan berbagai bangsa dan budaya dalam seni pertunjukan yang indah.