REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Indonesia dilaporkan memutuskan untuk membeli drone Anka produksi Turkish Aerospace Industries (TAI) sebanyak 12 unit. Total TAI melalui produknya Anka mendapatkan pesanan 24 unit dari Indonesia, Chad, dan Aljazair.
Tiga negara tersebut sudah menandatangani kontrak dengan TAI untuk memasok pesawat tempur tanpa awak atau unmanned combat aerial vehicles (UCAVs). Dengan demikian, jumlah negara yang diketahui mengekspor Anka meningkat menjadi lima negara.
Baca: Kemenhan Sebut TNI Beli Drone Bayraktar TB2 dan Anka dari Turki
Menurut informasi yang diperoleh media Turki khusus pertahanan SavunmaSanayiST.com, Senin (27/2/2023), jika Indonesia memesan drone 12 unit maka Aljazair 10 unit dan Chad dua unit. Oleh karena itu, TAI dengan cepat meningkatkan kapasitas lini produksi Anka.
Diperkirakan kontrak pembelian 24 unit Anka dari tiga negara tersebut berkisar 500 juta dolar AS atau sekitar Rp 7,64 triliun. Adapun Pembeli ekspor pertama drone Anka adalah Tunisia pada 2020.
Angkatan Udara Tunisia membeli tiga unit Anka dan dan tiga ground control stations (YKI) seharga 80 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,22 triliun. Pesanan kedua dari luar negeri untuk Anka datang dari Kazakhstan, lagi-lagi tiga unit. Kazakhstan berencana untuk membeli 30 Anka lagi dan memproduksinya secara lokal dengan dukungan TAI.
Baca: Kepala BRIN Jelaskan Alasan Drone Elang Hitam tak Lagi Dikembangkan untuk Militer
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk membeli Anka dari TAI. Diperkirakan Malaysia akan mendapatkan tiga sampai sembilan unit Anka pada tahap pertama. TAI juga melanjutkan kegiatan ekspor drone Aksungur. Setidaknya dua negara telah memesan Aksungur sejauh ini.
Drone yang dikembangkan oleh TAI dengan sumber daya nasional, dapat terbang dalam kondisi siang atau malam dan cuaca buruk. Pesawat tempur tanpa awak tersebut dilengkapi dengan muatan untuk kecerdasan gambar waktu nyata, misi penghancuran target untuk pengintaian, pengawasan, deteksi target tetap atau bergerak, identifikasi, serta pelacakan.
Anka dapat terbang selama 24 jam di ketinggian 30 ribu kaki dan dapat membawa muatan seberat 350 kilogram. Meskipun diperkirakan sekitar 50 Anka sudah dikirimkan ke pelanggan sejauh ini, kegiatan produksi dengan jumlah yang sama di pabrikan TAI terus berlanjut.
Baca: Kepala BRIN Jelaskan Alasan Drone Elang Hitam tak Lagi Dikembangkan untuk Militer