REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya membuka tahun 2023 dengan melakukan pengukuhan dua guru besar, yakni guru besar di bidang komunikasi dan bidang statistik. Dengan dikukuhkannya dua guru besar itu, jumlah keseluruhan anggota Dewan Guru Besar yang dimiliki Unika Atma Jaya saat ini menjadi 26 guru besar.
“Dukungan penuh diberikan kepada calon guru besar, sebagai apresiasi atas upaya para calon guru besar untuk memajukan keilmuannya dan pendidikan tinggi," ujar Rektor Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko, dalam sambutan pembukaan pengukuhan yang digelar di Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Guru besar anyar Unika Atma Jaya yang pertama, yakni guru besar bidang komunikasi dari Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi, Dorien Kartikawangi. Sementara guru besar anyar berikutnya ialah guru besar bidang statistik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Stanislaus S Uyanto.
Agustinus menjelaskan, universitasnya mendorong calon-calon guru besar untuk mengakselerasi proses. Sehingga pada 2019 terdapat dua pengukuhan guru besar, pada 2020 terdapat empat pengukuhan guru besar, dan pada 2022 juga terdapat lima pengukuhan guru vesar. Pada tahun ini diproyeksikan ada lima hingga tujuh guru besar baru di lingkungan Unika Atma Jaya.
Dalam orasi ilmiahnya, Dorien mengemukakan pentingnya komunikasi dalam konvergensi simbolik dalam interaksi dan kolaborasi. Dalam perjalanan karir akademiknya, Dorien telah mengembangkan dua model komunikasi yang menjadi perhatian dan dikembangkan oleh akademisi lain.
Model collaborative social responsibility, merupakan model komunikasi yang dikembangkan Dorien, yang telah memperoleh hak kekayaan intelektual. Model itu juga banyak digunakan oleh peneliti lain untuk mengembangkan kajian dan oleh praktisi untuk menyusun strategi serta implementasi program komunikasi organisasi maupun perusahaan.
Model kedua yang dikembangkan adalah Cross-cultural Communication Competencies Model, yang merupakan hasil penelitian bersama Yohanes Temaluru dan Domi Dolet Unaradjan pada 2015 dalam konteks komunikasi organisasi. Seiring dengan perkembangan lingkungan digital yang juga melahirkan budaya digital, model itu saat ini dalam proses pengembangan lebih lanjut.
“Kolaborasi lintas disiplin ilmu juga telah dilakukan dengan pembelajaran yang memperkaya pemahaman peran signifikan komunikasi dalam berbagai persoalan, utamanya ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan isu global, seperti perubahan iklim, lingkungan, serta keberlanjutan,” ujar Dorien.
Sementara itu, Stanislaus mengisi sesi orasi ilmiah berikutnya dengan membahas soal 'Statistika Komputasi Simulasi Monte Carlo. Stanislaus mengingatkan kembali bagaimana perkembangan teknologi informasi saat ini semakin membawa kita ke dalam dunia VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous). Dan simulasi Monte Carlo dapat menjadi alat yang berharga bagi organisasi untuk mengelola resiko dan membuat keputusan.
“Simulasi Monte Carlo dapat digunakan di keuangan untuk memodelkan dan menganalisis risiko portofolio, untuk mengestimasi potensi imbal hasil investasi, dan untuk menentukan alokasi aset yang optimal," ungkap Stanislaus.
“Dalam manufaktur dapat digunakan untuk memodelkan dan mengoptimalkan proses rantai pasokan dan untuk mengevaluasi dampak perubahan jadwal produksi,” tambah Stanislaus.
Simulasi Monte Carlo telah diaplikasikan dalam beberapa bidang yaitu, keuangan dan investasi, energi terbarukan, manufaktur, fisika, kimia, lingkungan, transportasi, dan teknologi informasi.