REPUBLIKA.CO.ID, MANADO---Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika ManadoEdward Henrry Mengko menyebutkan di Sulawesi Utara (Sulut) terpasang sebanyak sembilan sensor pendeteksi gempa bumi. "Kita mempunyai sembilan sensor gempa yang aktif hingga saat ini," sebut Edward di Manado, Senin.
BMKG, kata dia, nantinya mengeluarkan peringatan dini tsunami berdasarkan getaran yang direkam sensor gempa yang dipasang di beberapa wilayah Sulut.
Dari catatan sejarah, kata di, wilayah provinsi ujung utara Sulawesi tersebut pernah dihantam tsunami pada tahun 1800-an dan 1900-an, namun tidak disebutkan rinci berapa tinggi tsunami yang terjadi di wilayah ini.
"Pada pertengahan tahun ini akan ketambahan tiga peralatan sensor gempa yang akan di pasang di wilayah kepulauan, sehingga nanti total akan ada 12 sensor gempa yang terpasang," katanya.
Sembilan sensor gempa tersebut terpasang di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Dumoga (Kabupaten Bolaang Mongondow), Poigar (Kabupaten Bolaang Mongondow), Dodap (Kabupaten Bolaang Mongondow Timur).
Selanjutnya, Di Tondano (Kabupaten Minahasa), Kota Manado, Siau (Kabupaten Kepulauan Sitaro) dan Melonguane (Kabupaten Kepulauan Talaud).
Sementara tiga peralatan sensor gempa yang akan dipasang tengah tahun ini yaitu di Tagulandang (Kabupaten Kepulauan Sitaro), Marore (Kabupaten Kepulauan Sangihe, dan Miangas (Kabupaten Kepulauan Talaud).
Wilayah provinsi berpenduduk lebih 2,6 juta jiwa tersebut dikategorikan daerah rawan gempa bumi karena berada di tiga lempeng tektonik.
Ketiga lempeng tektonik tersebut yaitu lempeng Laut Maluku yang letaknya berada di perairan laut antara Sulawesi Utara dan Maluku Utara terus memanjang sampai ke Talaud.
Berikutnya, di lengan utara Sulawesi berada lempeng Laut Sulawesi, sementara di timur laut Kabupaten Kepulauan Talaud sampai bagian utara Pulau Halmahera ada yang namanya lempeng Laut Filipina.