REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presentasi digitalisasi kepelabuhanan melalui Inaportnet di Indonesia, disambut baik dan diapresiasi saat disampaikan langsung di depan perwakilan negara anggota International Maritime Organization (IMO), London Inggris, Rabu (15/3).
Pada kesempatan tersebut, Indonesia mendapat apresiasi dari para perwakilan negara anggota IMO atas pencapaiannya dalam melakukan perbaikan pelayanan kepelabuhanan dalam hal ini bongkar muat kapal di pelabuhan melalui Inaportnet dengan total target hingga tahun 2023 ini sebanyak 260 pelabuhan.
Kesuksesan dalam mempresentasikan Inaportnet tersebut tidak terlepas dari peranan presenter Aparatur Sipil Negara (ASN) Kemenhub dari Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Ayu Kharizsa yang komunikatif dan lugas.
Lalu, siapakah Ayu Kharizsa? Seperti yang diberitakan sebelumnya, Indonesia berkesempatan menyampaikan implementasi Inaportnet di Indonesia pada Sidang 47th Facilitation Committee Meeting (FAL 47) yang telah berlangsung dari tanggal 13 s.d 17 Maret 2023 di Markas Besar IMO di London, Inggris.
Adapun Ayu ditunjuk sebagai presenter di sidang IMO FAL ke 47 tersebut. Penunjukan tersebut bukan hanya karena Ayu memiliki kompetensi di bidang IT, namun juga dilatari oleh prinsip kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di sektor maritim yang secara konsisten dilakukan oleh Indonesia sejalan dengan salah satu program IMO itu sendiri, pemberdayaan perempuan di industri maritim atau Empowering Woman in Maritime.
Ayu Kharizsa (34 tahun) memang hanya bertugas mempresentasikan Inaportnet di Sidang IMO FAL ke 47 di London. Namun, dia berhasil mempresentasikan penerapan Inaportnet di Indonesia secara lugas dan jelas, sehingga mendapatkan apresiasi dan tepuk tangan dari para peserta sidang IMO FAL 47.
Seperti apa profil Ayu Kharizsa?
Ayu Kharizsa bergabung di Kementerian Perhubungan sejak tahun 2010 lalu mengawali karir dengan jabatan fungsional tertentu sebagai pranata komputer. Selanjutnya, dia menjabat sebagai Kepala Seksi Sistem Informasi Angkutan Laut, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut pada tahun 2016 yang kemudian disetarakan menjadi pranata komputer ahlimuda, subkoordinator sistem informasi pada tahun 2020 hingga kini.
Ayu menyelesaikan pendidikan S1 di BiNus University jurusan Teknik Informatika dan lulus tahun 2006. Dan berturut-turut menyelesaikan pendidikannya sebagai Magister Management Sistem Informasi, BiNus University, 2010- 2012, Master of Science in Multi Moda, Universitas Gajah Mada, 2012-2015 dan Master of Science in Transport Planning, Leeds University, UK, 2013-2014.
Pengalaman tugas yang pernah dilaksanakan adalah sebagai task force Aplikasi Inaportnet (Pelayanan kapal), koordinator Aplikasi Simlala (Pelayanan Public), koordinator Aplikasi Sitolaut (Pelayanan publik untuk pelayanan TOL LAUT), Koordinator Aplikasi Siperintis (Pelayanan publik untuk pelayanan Perintis), Tim Pokja aplikasi SIMBARA kolaborasi dengan DJA, INSW dan ESDM serta menjadi Tim Pokja penerapan NLE dan SSM pengangkut kolaborasi INSW.
Pelaksana tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Lollan Panjaitan mengatakan, Ayu telah berhasil menunjukan bahwa ASN muda Kementerian Perhubungan mampu tampil dengan prima di kancah internasional. Sudah selayaknya anak muda di Kementerian Perhubungan diberikan kepercayaan untuk mewakili Indonesia di forum dunia khususnya di sektor transportasi.
"Ayu telah menunjukkan usia muda pun mampu tampil dengan prima mewakili Indonesia. Untuk itu kaum muda perlu diberikan porsi untuk lebih banyak berperan dalam forum internasional. Seperti Ayu, para ASN muda tidak akan mengecewakan saat mereka diberi kepercayaan," kata dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Kamis (16/3/2023).
Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan ke Ayu untuk implementasi Inaportnet mengingat sejak tahun 2016 sudah 109 pelabuhan di Indonesia yang telah menerapkan Inaportnet dan menyusul 151 pelabuhan lagi di tahun 2023 sehingga target 260 pelabuhan yang mengimplementasikan Inaportnet dapat tercapai tahun ini.
Penerapan Inaportnet di pelabuhan merupakan komitmen Indonesia untuk menerapkan sistem online guna mempermudah kegiatan bongkar/muat barang terutama kontainer di pelabuhan yang harus semakin baik. Namun demikian, perlu terus ditingkatkan agar dapat dicapai harmonisasi antar institusi antar negara, sehingga mendapat perhatian yang serius dari semua pemangku kepentingan.
"Perubahan sistem menjadi digitalisasi merupakan komitmen Pemerintah yang turut mendorong kinerja positif bagi pelabuhan di tanah air. Memang tidak mudah bagi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pelabuhan yang banyak tersebar di setiap wilayah namun dengan komitmen yang kuat, kolaborasi dan sinergi yang kuat, Indonesia bisa mewujudkan digitalisasi menyeluruh terhadap pelayanan kepelabuhanan," ujarnya.