REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pejabat Israel dan Palestina pada Ahad (19/3/2023) bertemu di kota resor Sharm el-Sheikh, Mesir. Pertemuan ini upaya meredakan ketegangan dan kekerasan yang akhir-akhir ini berlangsung di wilayah pendudukan Israe, Tepi Barat.
Ini merupakan pertemuan lanjutan, setelah pertemuan 26 Februari lalu yang juga melibatkan AS dan Yordania. Namun, kesepakatan pada pertemuan itu tak berjalan. Dalam setahun, kekerasan menyebabkan 200 warga Palestina dan lebih dari 40 orang di Israel.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Abu Zaid, mengatakan, pertemuan pada Ahad dihadiri pejabat politik dan keamanan tingkat tinggi dari masing-masing pihak, serta Mesir, Yordania dan AS.
Pembicaraan itu bagian dari upaya mencapai dan mendukung ketenangan antara Israel dan Palestina. ’’Pertemuan ini untuk menuntut diakhirinya agresi Israel terhadap warga Palestina,’’ ujar pejabat Palestina Hussein al-Sheikh.
Kementerian Luar Negeri Mesir, yang dikutip Arab News mengatakan, pertemuan Sharm el-Sheikh guna mendukung dialog Palestina-Israel demi memutus siklus kekerasan yang ada dan mencapai ketenangan. Ini bisa mendorong dimulainya kembali proses perdamaian.
Sejauh ini tidak ada komentar langsung dari Israel mengenai pertemuan itu, tetapi media Israel mengatakan pejabat keamanan senior akan hadir.
Hampir 150 warga Palestina dibunuh Israel di Tepi Barat dan Yerusalem timur sepanjang 2022. Menurut kelompok hak asasi Israel, B'Tselem, 2022 paling mematikan di Tepi Barat sejak 2004.