Kamis 23 Mar 2023 08:43 WIB

Ukraina Ingin Cina Bantu Damaikan Perang dengan Rusia

Zelensky menawarkan Cina untuk menjadi mitra dalam implementasi formula perdamaian

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Dalam gambar yang diambil dari rekaman video yang dijalankan oleh CCTV China, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko (kiri) dan Presiden China Xi Jinping menghadiri upacara penyambutan yang diadakan di Aula Besar Rakyat, di Beijing, pada Rabu (1/3/ 2023). Para presiden Cina dan Belarus dalam mendesak gencatan senjata dan negosiasi untuk membawa penyelesaian politik untuk konflik Ukraina.
Foto: CCTV via AP
Dalam gambar yang diambil dari rekaman video yang dijalankan oleh CCTV China, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko (kiri) dan Presiden China Xi Jinping menghadiri upacara penyambutan yang diadakan di Aula Besar Rakyat, di Beijing, pada Rabu (1/3/ 2023). Para presiden Cina dan Belarus dalam mendesak gencatan senjata dan negosiasi untuk membawa penyelesaian politik untuk konflik Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, negaranya telah mengundang Cina untuk mendiskusikan formula perdamaian guna mengakhiri konflik dengan Rusia. Saat ini Kiev tengah menunggu tanggapan Beijing.

“Kami menawarkan Cina untuk menjadi mitra dalam implementasi formula perdamaian. Kami melewati formula kami di semua saluran. Kami mengundang Anda untuk berdialog. Kami menunggu jawaban Anda,” kata Zelensky, Selasa (21/3/2023).

Baca Juga

Zelensky mengungkapkan, negaranya telah menerima beberapa sinyal terkait undangan yang dikirimkan kepada Cina. “Namun belum ada yang spesifik,” ujarnya.

Keterangan Zelensky terkait tawaran kepada Cina untuk menjadi mitra perdamaian disampaikan ketika Presiden Cina Xi Jinping mengakhiri kunjungannya ke Rusia. Dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, salah satu isu yang dibahas adalah perihal krisis Ukraina.

Xi menekankan, Cina mempertahankan posisi tidak memihak dalam konflik di Ukraina. Sementara itu, Putin mengapresiasi rencana perdamaian yang telah disusun dan diterbitkan Cina untuk konflik di Ukraina.

“Kami percaya bahwa banyak dari ketentuan rencana perdamaian yang diajukan oleh Cina sejalan dengan pendekatan Rusia dan dapat diambil sebagai dasar penyelesaian damai ketika mereka siap untuk itu di Barat dan di Kiev. Namun, sejauh ini kami tidak melihat kesiapan dari pihak mereka,” ucap Putin pada Selasa lalu.

Sementara itu Amerika Serikat (AS) telah menentang seruan Cina untuk memberlakukan gencatan senjata di Ukraina. Washington menilai, tindakan itu hanya akan mendukung dan mengkonsolidasikan penaklukan Rusia di negara tersebut.

“Kami tidak mendukung seruan untuk gencatan senjata sekarang,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada awak media, 17 Maret lalu.

Pernyataan Kirby tersebut muncul sebagai respons atas rencana kunjungan Xi Jinping ke Moskow. “Kami tentu saja tidak mendukung seruan gencatan senjata yang akan diminta Cina dalam pertemuan di Moskow yang hanya akan menguntungkan Rusia,” ujar Kirby.

Dia mengingatkan, jika gencatan senjata diterapkan saat ini, hal itu akan secara efektif meratifikasi penaklukan Rusia. “Rusia kemudian akan bebas menggunakan gencatan senjata hanya untuk memperkuat posisi mereka di Ukraina, untuk membangun kembali, mereparasi, dan menyegarkan pasukan mereka sehingga mereka dapat memulai kembali serangan di Ukraina pada waktu yang mereka pilih. Kami tidak percaya ini adalah langkah menuju perdamaian yang adil dan tahan lama,” ucapnya.

Menurut Kirby, Presiden AS Joe Biden berencana untuk melakukan percakapan via telepon dengan Xi Jinping. Namun pengaturan kontak belum dimulai. “Tidak ada jadwal pemanggilan. Sementara Presiden (Biden) telah menjelaskan keinginannya, dia menantikan kesempatan lain untuk berbicara dengan Presiden Xi, kami tidak secara aktif terlibat dalam logistik untuk menyiapkannya sekarang,” katanya.

Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.

Ke-12 poin tersebut yakni, menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, menghentikan permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menyelesaikan krisis kemanusiaan, melindungi warga sipil dan tahanan perang, menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, mengurangi risiko strategis seperti penggunaan senjata nuklir dan senjata kimia, memfasilitasi ekspor gandum, menghentikan sanksi sepihak, menjaga stabilitas industri dan rantai pasok, serta mempromosikan rekonstruksi pasca-konflik.

Sesaat setelah dokumen itu dirilis, Volodymyr Zelensky mengatakan, dia hendak menemui Xi Jinping. “Saya berencana untuk bertemu Xi Jinping dan percaya ini akan bermanfaat bagi negara kita dan keamanan dunia,” katanya dalam konferensi pers di Kiev ketika memperingati satu tahun perang dengan Rusia.

Zelensky mengungkapkan, dia terbuka untuk mempertimbangkan bagian dari rencana gencatan senjata 12 poin yang diusulkan Cina untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Kendati demikian, Zelensky tak menyebut tentang kapan kemungkinan pertemuannya dengan Xi Jinping terjadi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement