Selasa 28 Mar 2023 13:46 WIB

Konflik Internal Israel Bahan Pembicaraan Hangat Warga Arab

Israel dilanda gelombang penolakan atas rencana pemerintah mereformasi peradilan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Knesset menjelang protes massal di Yerusalem, Israel,  Senin (27/3/2023). Protes massal telah diadakan di Israel selama 12 minggu menentang rencana pemerintah untuk mereformasi sistem peradilan dan membatasi kekuasaan Mahkamah Agung Israel.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Knesset menjelang protes massal di Yerusalem, Israel, Senin (27/3/2023). Protes massal telah diadakan di Israel selama 12 minggu menentang rencana pemerintah untuk mereformasi sistem peradilan dan membatasi kekuasaan Mahkamah Agung Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Lembaga penyiaran Arab menyiarkan protes, pemogokan, dan kekacauan politik Israel pada Senin (27/3/2023). Kekacauan di Israel menarik perhatian penuh pemirsa pada pertarungan internal atas rencana pemerintah untuk merombak peradilan.

Krisis ini muncul jauh dan luas menarik pembicaraan dari saluran pan-Arab Aljazirah hingga al-Manar yang dijalankan oleh kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran. Dalam laporan al-Manar tajuk utama di situs webnya menyatakan bahwa kelumpuhan total telah menimpa musuh karena aksi serangan.

Baca Juga

Beberapa orang Arab berharap krisis itu akan menyebabkan kematian politik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Sedangkan, yang lain mengungkapkan harapan akan konsekuensi yang lebih luas bagi Israel. Kaum Yahudi Zionis berperang dengan kelompok Arab setelah didirikan pada 1948 dan menduduki tanah yang dicari orang Palestina untuk sebuah negara.

"Sebagai warga negara Arab, saya pikir ini adalah awal dari akhir Israel, insya Allah," kata warga Yordania Qusai al-Qaisi.