Sabtu 15 Apr 2023 05:45 WIB

Kesadaran Menjaga Lingkungan Berbanding Lurus dengan Ajaran Islam

Islam mengajarkan manusia menjaga alam semesta.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Kesadaran Menjaga Lingkungan Berbanding Lurus dengan Ajaran Islam. Foto: Founder & Chairman Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal (kiri) dan Habib Husein Ja
Foto: Republika/Zahrotul Oktaviani
Kesadaran Menjaga Lingkungan Berbanding Lurus dengan Ajaran Islam. Foto: Founder & Chairman Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal (kiri) dan Habib Husein Ja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu mengenai upaya menjaga lingkungan dan mengurangi emisi karbon dewasa ini menjadi perhatian global. Dalam kegiatan Iftar bersama FPCI, dibahas tema 'Amanah Islam Menjaga Bumi Bersama'.

Founder & Chairman Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyebut tema ini diambil karena tantangan terbesar manusia sekarang adalah perubahan iklim. Posisi bumi saat ini bahaya, menuju dunia dengan suhu rata-rata naik 3-4 derajat celcius.

Baca Juga

"Ketika anak-anak kita yang sekarang masih kecil nanti berusia 30 atau 40 tahun, kenaikan suhu ini akan terjadi jika kita sekarang tidak melakukan apa-apa. Menurut Prof Emir Salim, ini adalah dunia serasa neraka," ujar dia dalam kegiatan yang digelar di Hotel Manhattan, Jakarta, Jumat (14/4/2023).

Jika suhu di dunia semakin tinggi, ia menyebut manusia tidak lagi bisa menikmati hidup seperti yang saat ini dirasakan. Pakistan dan Arab Saudi pernah memecahkan rekor dengan suhu 50 derajat celcius, yang mana dalam kondisi tersebut aspal itu meleleh.

Dino Patti Djalal pun menyinggung hal ini jarang dibahas di Indonesia, tetapi perlu dan bernilai sangat penting, termasuk dalam perspektif agama. Indonesia dengan mayoritas penduduknya Muslim juga dinilai harus ikut andil membahas perihal ini.

Hadir di lokasi Habib Husein Ja'far Al Hadar, yang membahas pentingnya kesadaran menjaga lingkungan dan ekologi dari sisi agama. Ia menyebut harus ada relasi integrasi antara sains, teknologi dan agama, dalam konsep menjaga ekologi ini.

"Harus ada relasi integrasi. Agama mengawal agar sains dan teknologi tetap bermoral, salah satunya moral ekologi. Sains dan teknologi juga mengawal agama, agar tidak dipenuhi mitos-mitos berisi hoaks yang membodohi umat beragama," ucap dia.

Agama disebut perlu hadir sebagai panglima dalam krisis ekologi ini. Ia pun memberi contoh Bhutan, sebagai negara yang diatur oleh nilai-nilai agama, bisa terselamatkan dari bencana ekologi.

Negara ini mencatatkan gas karbon atau emisi terendah di dunia, bahkan angkanya minus. Dengan nilai-nilai moralitas berbasis Budhismenya, Bhutan disebut mampu menumbuhkan kesadaran pada masyarakatnya.

"Ditumbuhkan kesadaran bahwa yang dimaksud dengan kemajuan bukan eksploitasi secara membabi buta terhadap bumi. Namun eksploitasi secukupnya untuk kebutuhan, bukan keinginan atas bumi," lanjut Habib Jafar.

Ia juga mengutip ucapan Mahatma Gandhi, yang menyebut dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan manusia.

Dalam Islam, kesadaran dan perhatian untuk menjaga alam semesta dan isinya tertulis banyak dalam ayat-ayat Alquran, seperti Al-A'raf ayat 56 dan 96, serta ayat lainnya. Dalam ayat-ayat tersebut disampaikan kerusakan di muka bumi ini terjadi akibat tangan-tangan manusia itu sendiri.

"Kerusakan itu diberikan oleh Tuhan sebagai bentuk kritik kepada manusia, agar berhenti melakukan kerusakan. Di ujung ayatnya disampaikan agar manusia kembali memperbaiki bumi," ucap dia.

Dari ayat Quran tersebut terdapat pesan kritik dari Allah SWT kepada manusia, sekaligus solusi berisi optimisme. Bahwa, kondisi ini bisa kembali dan tidak akan mengarah pada kehancuran jika manusia mau kembali pada moralitas berdasar ekologi.

Dalam agama, ujar Habib Jafar, pola relasi antara manusia dan bumi bukanlah subjek-objek melainkan subjek-subjek. Jika manusia berperilaku buruk pada alam, maka bumi juga akan memberi hal yang buruk kepadanya.

"Islam itu rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi semesta alam. Bahkan, disampaikan Allah SWT menyebarkan ayat-ayat-Nya bukan hanya di Alquran atau kitab-kitab sebelumnya, tetapi juga di dalam diri manusia sendiri dan alam semesta. Karena itu, alam semesta disebut sbg ayat tuhan atau ayat kauniyah," ujar Habib Jafar.

Terakhir, ia menyebut peran tokoh agama dalam menyebarkan kesadaran ini sangat penting. Tokoh agama memiliki trust atau kepercayaan dari masyarakat dan lingkungan yang kuat. Karena itu, apapun yang disampaikan, utamanya kebaikan, akan lebih didengar dan diikuti oleh publik.  

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement