Senin 17 Apr 2023 12:08 WIB

Media Asing Soroti Gugurnya Enam Anggota TNI oleh Separatis Papua

Otoritas militer hinggi kini baru mengonfirmasi satu prajurit yang gugur.

Baku tembak TNI dan teroris KKB Papua terjadi di Nduga Papua. Kontak tembak (ilustrasi)
Foto: anadolu agancy
Baku tembak TNI dan teroris KKB Papua terjadi di Nduga Papua. Kontak tembak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media asal Inggris The Guardian melansir dari Associated Press memberi perhatian atas meninggalnya sejumlah prajurit di Papua dalam upaya pembebasan sandera asal Selandia Baru. Dalam artikelnya the Guardian membuat judul, "Six soldiers killed, 30 missing in attempt to rescue kidnapped pilot in West Papua."

Informasi jumlah korban itu diperoleh dari keterangan pejabat pada Ahad (16/4/2023). Sebelumya laporan yang dilihat jurnalis menyebutkan, enam orang terbunuh dan 21 lainnya melarikan diri ke hutan. 

Baca Juga

Namun juru bicara militer hanya mengonfirmasi satu orang yang gugur dalam serangan separatis. Sementara sembilan prajurit dilaporkan ditahan oleh pemberontak.  

Menurut juru bicara militer di Papua, Konolel Herman Taryaman, anggota TNI yang diserang ini adalah sekelompok prajurit yang bertugas untuk mencari Philip Mark Mehtrens, pilot Susi Air asal Selandia Baru. Pilot itu diculik pada Februari lalu. 

Ia mengatakan, otoritasnya sedang mencari sekitar 30 tentara. "Tidak diketahui pasti berapa prajurit yang tewas dan terluka," katanya.

"Kami masih melakukan pencarian, tapi kondisi hujan deras. Cuaca yang berkabut dan sulitnya komunikasi mengganggu proses evakuasi."

Pengamat intelijen dan keamanan Ngasiman Djoyonegoro menilai gugurnya anggota TNI di Papua akibat serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) perlu menjadi perhatian dan evaluasi bagi TNI.

"SDM (sumber daya manusia) tempur TNI perlu dievaluasi secara lebih mendalam. Seharusnya korban jiwa bisa diminimalisir jika personel TNI siap tempur, terlebih yang menjadi korban adalah pasukan khusus," ucap Simon, sapaan akrab Ngasiman Djoyonegoro, dikonfirmasi Antara dari Jakarta, Ahad.

Artinya, tutur Simon, ada sistem yang tidak kuat dalam rekrutmen, penggemblengan, dan pembinaan personel, padahal kualitas personel merupakan cerminan kualitas dari proses.

"TNI juga harus mengevaluasi sistem komando di daerah yang rawan konflik. Ini menyangkut pemilihan personel berdasarkan kapabilitas, informasi intelijen, dukungan alutsista, dan sistem pengambilan keputusan dalam operasi," ujarnya.

Sistem komando ini, menurut Simon, mencerminkan keseriusan TNI dalam mempersiapkan dirinya di medan yang memang sudah ketahuan tingkat kesulitannya.

Dia menyarankan agar TNI tetap menjalankan profesionalitas dalam bertugas. "KST (Kelompok Separatis Teroris) di Papua haruslah ditanggulangi karena dapat mengganggu dan mengancam kedaulatan negara," kata Simon.

sumber : Antara/TheGuardian
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement