REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Serentetan peristiwa di Jalur Gaza, Yerusalem Timur, dan sepanjang garis perbatasan antara Israel, Lebanon dan Suriah telah menyebabkan ketegangan di kawasan itu mencapai puncaknya, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (25/4/2023).
Lavrov menyampaikan pernyataan tersebut pada pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait situasi di Timur Tengah.
"Sejumlah peristiwa di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan sepanjang garis perbatasan antara Israel, Lebanon, dan Suriah telah meningkatkan ketegangan ke titik yang sangat berbahaya," kata diplomat Rusia tersebut dalam pidatonya.
"Sejak awal tahun, akibat penggerebekan militer di Jenin, Jericho, Nablus, Huwara, serta sejumlah bentrokan terkait pelanggaran status tempat-tempat suci, lebih dari seratus warga Palestina tewas dan ribuan lainnya luka-luka. Jumlah korban di kalangan warga Israel juga terus bertambah," lanjutnya.
Menurut Lavrov, situasi tersebut kian diperparah oleh serangan Israel ke Suriah, termasuk pengepungan yang terjadi di sejumlah bandara di Aleppo yang digunakan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan kepada para korban gempa bumi yang terjadi pada Februari lalu.
"Jumlah insiden di Garis Biru (zona demarkasi Lebanon-Israel), termasuk serangan rudal terbesar sejak 2006, telah meningkat," kata Lavrov.
Dia juga memperingatkan agar semua pihak tidak menutup mata atas adanya radikalisasi di Palestina dan perpecahan yang semakin dalam di antara pihak-pihak utama di negara tersebut, yang kemudian berpotensi pecah menjadi bentrokan.
"Mustahil untuk mengabaikan cepatnya pembangunan permukiman oleh Israel yang dilakukan melalui legalisasi sejumlah pos pantau, perampasan tanah, perusakan rumah, serta penangkapan sewenang-wenang," kata Lavrov.