Ahad 30 Apr 2023 14:45 WIB

Gejala Covid-19 Arcturus Bisa Disalahartikan dengan Alergi

Varian arcturus tampak memiliki gejala yang berbeda.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Varian arcturus. Varian Covid XBB.1.16, yang lebih dikenal sebagai arcturus, adalah jenis terbaru yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Foto: Dok Republika
Varian arcturus. Varian Covid XBB.1.16, yang lebih dikenal sebagai arcturus, adalah jenis terbaru yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak munculnya pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, virus SARS-CoV-2 terus bermutasi menimbulkan varian baru. Cara virus menginfeksi tubuh manusia juga ikut mengalami perubahan.

Sejak awal, publik diminta waspada terhadap gejala batuk terus-menerus dan kehilangan rasa atau penciuman akibat virus tersebut. Kini, setelah bertahun-tahun kemudian, ada gejala lain yang harus diwaspadai.

Baca Juga

Varian Covid XBB.1.16, yang lebih dikenal sebagai arcturus, adalah jenis terbaru yang menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Arcturus pertama kali terdeteksi pada bulan Januari oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kasus varian pertama kali ditemukan di Inggris pada bulan Maret. Subvarian omicron telah menyebar ke setidaknya 34 negara, menghasilkan peningkatan kasus yang signifikan.

photo
Lindungi keluarga dari varian arcturus saat mudik. - (Republika)

Virus dilaporkan sudah masuk Indonesia, termasuk di DKI Jakarta sampai Jawa Timur. Dari India, ada laporan tentang gejala baru, yang tidak terlihat pada jenis virus sebelumnya.

"Covid arcturus memiliki gejala baru yang jarang terlihat pada jenis virus sebelumnya," menurut laporan, seperti dikutip dari laman Indian Express, Ahad (30/4/2023).

Dokter Neha Narula, dari Stanford Medicine, mengingatkan bahwa pasien Covid bisa mengalami konjungtivitis. Kepada CBS, Narula mengatakan bahwa gejala umum virus, antara lain, sakit tenggorokan, batuk, demam. Tetapi, gejala baru, yakni, konjungtivitis atau lebih dikenal dengan kondisi mata merah ini juga perlu menjadi perhatian.

"Itu terjadi pada anak-anak dan orang dewasa," kata Narula.

Narula menjelaskan bahwa sebenarnya itu bukan hal baru untuk Covid-19 karena beberapa strain sebelumnya menghasilkan gejala yang sama. Kondisi mata merah atau iritasi juga terdaftar sebagai salah satu gejala Covid yang "kurang umum", menurut WHO.

Dr Narula juga mengingatkan bagi yang belum terlindungi dengan vaksin atau booster, maka harus segera mendapatkannya. Tetapi jika mengalami beberapa gejala, seperti mata berair, mata merah gatal, atau gejala pilek lainnya, terutama dengan subvarian baru yang sekarang beredar, disarankan tidak menganggapnya sebagai alergi.

"Lanjutkan dan lakukan tes Covid dan konsultasikan ke penyedia layanan kesehatan Anda sehingga mereka dapat memberi Anda panduan lebih lanjut dalam hal perawatan," kata Narula.

Senada, dokter anak India Vipn M Vashishtha, yang merupakan anggota program Jaring Pengaman Vaksin WHO, juga mengatakan anak-anak bisa menderita demam tinggi, pilek dan batuk, dan "konjungtivitis gatal" dengan "mata lengket" akibat infeksi Covid.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement