Kamis 04 May 2023 11:50 WIB

Bunga Kredit Perbankan RI Terancam Naik karena The Fed

Kenaikan suku bunga perbankan bisa menghambat produksi.

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Teller Bank BTN melayani nasabah di Kantor Cabang Bank BTN Harmoni, Jakarta, Kamis (26/4/2023). Kredit perbankan diproyeksi turun jika terjadi kenaikan suku bunga acuan.
Foto: Dok Republika
Teller Bank BTN melayani nasabah di Kantor Cabang Bank BTN Harmoni, Jakarta, Kamis (26/4/2023). Kredit perbankan diproyeksi turun jika terjadi kenaikan suku bunga acuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai kenaikan suku bunga The Fed akan berdampak terhadap penyaluran kredit di Indonesia khususnya sektor properti. Bank sentral AS tersebut menaikkan suku bunga acuan seperempat poin persentase kisaran lima persen hingga 5,25 persen.

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira mengatakan sektor properti dan kendaraan bermotor semestinya perlu didorong pemerintah pasca lebaran ini. Namun, adanya kenaikan suku bunga The Fed akan berimbas terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Juga

“Nanti banyak anak-anak muda sulit mengakses KPR karena bunganya tinggi atau beli motor baru, kendaraan listrik karena terkait tingginya suku bunga pinjaman,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Kamis (4/5/2023).

Dari sektor rill, Bhima menyebut, pelaku industri manufaktur banyak mengeluh karena produksinya tidak mengalami kenaikan cukup signifikan pada lebaran tahun ini.

“Yang harusnya lebaran dorong sektor ini justru tidak signifikan, kenaikan produksi manufaktur, karena salah satunya terhambat kenaikan suku bunga pinjaman, khususnya modal kerja dan pembelian bahan baku serta mesin,” ucapnya.

Kenaikan kredit perbankan bisa dipicu oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Kenaikan suku bunga The Fed diproyeksi akan berpengaruh pula pada kebijakan suku bunga BI.

Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan target suku bunga acuan Amerika Serikat sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen ke kisaran lima persen — 5,25 persen atau level tertinggi 16 tahun terakhir. Dalam pernyataan resmi setelah menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 2-3 Mei 2023, seperti dikutip dari situs resminya, The Fed mengatakan inflasi Amerika Serikat masih tetap tinggi dan ekonomi Amerika Serikat tumbuh dalam kecepatan sedang sepanjang kuartal I 2023.

Apabila membandingkan dengan pernyataan The Fed saat FOMC Meeting pada 21-22 Maret 2023, maka optimisme The Fed soal ekonomi Amerika Serikat tampak luntur atau meredup. Sepanjang 2023, masih tersisa lima kali pertemuan FOMC, yaitu 13-14 Juni, 25-26 Juli, 19-20 September, 31 Oktober-1 November, dan 12-13 Desember.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement