REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana pasar uang Amerika Serikat (AS) mengalami aliran masuk yang besar dalam sepekan hingga 24 Mei 2023 meski ada ancaman gagal bayar utang. Investor tetap memilih AS sebagai tempat yang aman jelang tenggat waktu bagi politisi untuk menyetujui peningkatan plafon utang negara.
Menurut data perusahaan jasa keuangan AS, Refinitiv Lipper, dana pasar uang AS menerima arus masuk bersih 39,9 miliar dolar AS atau pembelian terbesar dalam empat minggu terakhir.
Seorang pejabat AS kepada Reuters pada Jumat (26/5/2023) menyebut Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy hampir mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon atau batas atas utang pemerintah sebesar 31,4 triliun dolar AS selama dua tahun, namun hal ini berpacu dengan tenggat waktu.
Departemen Keuangan AS memperkirakan akan kehabisan dana dalam waktu seminggu dan mengesahkan kesepakatan apa pun untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Reuters melaporkan dana ekuitas yang lebih berisiko mengalami arus keluar selama sembilan minggu berturut-turut senilai 1,79 miliar dolar AS yang mana para investor menjual masing-masing 1,06 miliar dolar AS dari dana nilai ekuitas AS dan 703 juta dolar AS dari dana pertumbuhan.
Sementara itu, dana ekuitas sektoral tetap diminati karena menarik arus masuk bersih senilai 335 juta dolar AS. Sektor teknologi dan konsumen masing-masing menerima 420 juta dolar AS dan 289 juta dolar AS bersih.
Di sisi lain, dana obligasi AS menarik aliran masuk minggu keempat, senilai sekitar 4,22 miliar dolar AS. Dana obligasi pemerintah menerima 2,43 miliar dolar AS dalam pembelian bersih selama lima minggu berturut-turut.
Direktur Lembaga Riset Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) sekaligus Pengamat Ekonomi Syariah, Yusuf Wibisono meyakini peluang gagal bayar utang AS sangatlah kecil.
"Ya, karena kalau kita melihat sejarah, kasus ini sudah berpuluh-puluh kali terjadi dan selalu pada akhirnya Kongres AS akan menaikkan batas atas utang AS," ujar Yusuf kepada Republika, Jumat (26/5/2023).
Pemerintah AS, kata Yusuf, pada umumnya akan menolak untuk memotong belanja, namun juga tidak mampu meningkatkan penerimaan. Sehingga, kongres pada akhirnya dipaksa untuk meningkatkan batas atas utang untuk mencegah gagal bayar utang.