Selasa 30 May 2023 12:39 WIB

Raih Doktor Honoris Causa, UAH: Intisari Pendidikan adalah Adab

UAH raih Doktor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Tangkapan layar penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kepada Ustaz Adi Hidayat, Selasa (30/5/2023)
Foto: Tangkapan layar
Tangkapan layar penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kepada Ustaz Adi Hidayat, Selasa (30/5/2023)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ustadz Adi Hidayat meraih gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Selasa (30/5/2023). Dalam orasinya, ia menyebut intisari pendidikan Islam adalah adab.

"Pendidikan Islami secara singkat dulu disebut dengan adab. Adab ini bukan hanya akhlak, tapi gabungan antara spiritual atau moral yang baik, intelektual dan mampu mengamalkan apa yang telah ia dapatkan," ujar dia dalam kegiatan Penganugerahan Gelar Doktor HC Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A., Senin (30/5/2023).

Baca Juga

Dalam paparannya, ia menyebut pendidikan Islam tidak hanya mengasah kemampuan intelektual saja, tetapi dimulai dari aspek spiritual. Hal ii akan melahirkan karakter moral, seperti kedisiplinan, kejujuran, kerendahan hati dan kemuliaan.

Baca di Sini: https://umj.ac.id/

Di sisi lain, intelektual sifatnya netral. Otak disebut akan mengambil data, mengolahnya menjadi informasi dan merumuskannya menjadi instruksi, untuk kemudian diteruskan kepada fisik atau perilaku.

Instruksi ini, kata UAH, dijalankan oleh moral atau spiritual. Jika ada orang yang pintar tapi moralnya bermasalah, maka kepintarannya itu cenderung hanya aka digunakan untuk sesuatu yamg menyimpang. Sementara, jika seseorang intelektualnya rendah tapi moralnya tinggi, ia berpeluang menjadi orang baik yang dihormati.

"Tapi kalau orang itu pintar tapi moralnya rendah dan acuannya nafsu, biasanya mencurinya lebih banyak dibandingkan orang yang intelektualnya rendah dan moralnya rendah," lanjut UAH.

Di dalam Alquran, Allah SWT juga disebut memberikan perhatian pada aspek intelektual. Ada sekitar 779 ayat di dalamnya yang berkaitan dengan peningkatan intelektual ini.

Terakhir, aspek lain dari pendidikan Islami adalah karakter yang dihasilkan dari perintah moral atas kemampuan intelektual. Karakter ini dikenal pula sebagai kinerja atau akhlak.

Tiga bagian tersebut, yaitu moral, intelektual dan akhlak, dikenal pula dengan iman, ilmu dan amal. Bila ketiganya diintegrasikan, UAH menyebut orang dulu kerap menyebutnya dengan adab.

Beberapa tokoh Nusantara yang disebut mewarisi kurikulum di masa lalu dan berhasil menyatukan ketaatan spiritual, kepintaran intelektual dan kemampuan fisik luar biasa adalah KH Ahmad Dahlan, Buya Hamka, KH Agus Salim, Panglima Jenderal Sudirman dan Muhamamd Natsir.

"Kalau kita sekarang ingin melihat tokoh-tokoh yang demikian, maka kita mesti kembali pada nilai-nilai yang mereka pelajari," ujar UAH. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement