Selasa 30 May 2023 15:19 WIB

Tekan Demam Berdarah, Dinkes Semarang: Perluasan Program Wolbachia Bertahap

Produksi telur nyamuk dengan Wolbachia belum bisa mencukupi.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Staf Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Lulus Susanti memberikan penjelasan kepada Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin terkait pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan nyamuk yang telah ditanamkan bakteri Wolbacia, di sela acara Peluncuran Prograam Wingko Semarang oleh Menkes RI, di Kecamatan Tembalang, Selasa (30/5).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Staf Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Lulus Susanti memberikan penjelasan kepada Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin terkait pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan nyamuk yang telah ditanamkan bakteri Wolbacia, di sela acara Peluncuran Prograam Wingko Semarang oleh Menkes RI, di Kecamatan Tembalang, Selasa (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang bakal menyiapkan secara bertahap program pengendalian demam berdarah dengue (DBD) dengan bakteri Wolbachia di wilayah Kota Semarang, selain di Kecamatan Tembalang yang dijadikan sebagai percontohan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Pasalnya, kapasitas produksi telur nyamuk Aedes aegypti yang telah dtanamkan bakteri Wolbachia di Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga belum mencukupi untuk kebutuhan di seluruh Kota Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang Moch Abdul Hakam mengungkapkan, terkait program Wolbachia Ing Semarang (Wingko Semarang) sebenarnya sudah dipersiapkan di beberapa tempat untuk mengendalikan penyakit DBD di Kota Semarang. Namun, yang belum bisa mencukupi adalah produksi telur nyamuk dengan Wolbachia.

Karena modal utama untuk melakukan launching Wingko Semarang ini adalah B2P2VRP Salatiga sudah bisa memproduksi selain di laboratorium UGM dan dalam setahun ini, ternyata progres produksi telur nyamuk oleh B2P2VRP Salatiga lebih bagus.

B2P2VRP Salatiga sudah bisa memproduksi lima juta dan yang dibutuhkan di Kecamatan Tembalang saja mencapai sekitar dua jutaan per pekan. Apakah nanti akan dibagi untuk lima kota percontohan nasional atau bagaimana ia mengaku belum tahu.

Karena satu-satunya yang bisa memproduksi adalah B2P2VRP Kemenkes baru di Salatiga. “Maka kita baru bisa me-launching di Tembalang,” katanya di sela acara Peluncuran Program Wingko Semarang oleh Menteri Kesehatan RI di Kecamatan Tembalang, Selasa (30/5/2023).

Setelah nanti produksi telur nyamuk dengan Wolbachia semakin banyak, kemungkinan B2P2VRP Salatiga dikhususkan untuk Semarang. Sehingga tidak hanya di Kecamatan Tembalang, kecamatan lain di Kota Semarang juga akan dikembangkan upaya pengendalian DBD dengan bioteknologi ini.

Abdul Hakam juga menyampaikan, secara teknis upaya pengendalian DBD dengan telur nyamuk yang telah ditanamkan bakteri Wolbachia ini dilakukan dengan membagikan ember untuk pemijahan telur nyamuk kepada warga.

Setiap ember akan diisi dengan 50 telur nyamuk dengan Wolbachia dan tugas warga adalah menjaga keamanan ember- ember yang telah diberikan ini agar telur nyamuk dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Setiap hari tinggal ditengok saja (selama dua pekan), baru nanti dilihat dari 50 telur tersebut yang jadi nyamuk dan sudah terbang berapa dan sisanya dihitung. "Enam puluh persen dari telur tersebut jadi nyamuk yang bisa terbang itu sudah oke, apalagi kalau lebih dari 60 persen,” ujar dia.

Dalam program Wingko Semarang di Kecamatan Tembalang ini, kata Abdul Hakam, tidak setiap rumah diberikan ember yang berisi benih telur berwolbachia, tapi setiap ember untuk tiga rumah atau setiap tiga rumah warga.

Karena harapannya, nyamuk yang sudah terbang paling tidak bisa terbang di satu atau dua rumah dari tempat ember tersebut. “Sehingga untuk di Kecamatan Tembalang ini dibutuhkan sekitar lima ribu hingga tujuh ribu ember,” katanya.

Selain masyarakat, dia menjelaskan, nanti akan ada pengawas dari kader dan petugas Dinkes Semarang yang setiap hari akan melakukan evaluasi. Di Kecamatan Tembalang saja, Dinkes telah merekrut kurang lebih 30 nakes yang memang disiapkan untuk mengevaluasi program ini.

Sementara itu, staf B2P2VRP Salatiga Lulus Susanti mengungkapkan, Wolbachia memang bakteri yang ditanamkan di dalam nyamuk Aedes aegypti. Telur nyamuk ini nanti akan diberikan kepada masyarakat dalam ember khusus yang disiapkan untuk pemijahan telur nyamuk dan dititipkan ke rumah warga.

Jadi, rumah warga hanya dititipi ember dan nanti akan ada petugas yang memantau. Meski demikian, warga tetap harus melakukan program Kemenkes, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kecuali nyamuk yang ada di dalam ember.

Diharapkan, nantinya setelah dilepaskan selama enam bulan, jumlah nyamuk Aedes aegypti berwolbachia di lingkungan tersebut akan mencapai di atas 70 persen. Kalau jumlahnya semakin banyak, virus yang ada di dalam tubuh nyamuk tidak akan berkembang secara maksimal.

Sehingga penularan DBD akan menurun di lingkungan tersebut. “Ini merupakan tujuan dari program pengendalian dan penurunan angka DBD secara bioteknologi menggunakan bakteri Wolbachia ini,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement